Hello! Myspace Comments

Senin, 30 Januari 2012

MAKALAH KMB TUMOR PARU



BAB I
PENDAHULUAN


A.   LATAR BELAKANG

Kanker paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun begitu, kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Pada hampir 70% Pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat  lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien kanker paru adalah rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis ) dalam paru. Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan bagian dari kelompok resiko tinggi yaitu , apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar dengan suatu bahan berbahaya dalam pekerjaannya , dan pernakah pasien menderita fibrosis paru kronis. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan.


B.   TUJUAN PENULISAN
1.    TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti seminar diharapkan mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan tumor paru.

2.    TUJUAN KHUSUS
a.    Mahasiswa mengetahui apa pengertian tumor paru bagaimana etiologi dan patofisiologinya .
b.    Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien dengan tumor paru.
c.    Mahasiswa dapat membuat diagnosa keperawatan pada klien tumor paru
d.    Mahasiwa dapat membuat serta memahami perencanaan perawatan pad aklien dengan tumor paru.

C.   METODE PENULISAN
1.    Pustaka
Dalam menyusun makalah ini kelompok menggunakan beberapa literature atau referensi yang ada di perpustakaan sebagai acuan dalam pembuatan makalah ini.
2.    Browsing
Selain dari buku, kelompok juga mencari tambahan referensi dan gambar melalui Wikipedia.
3.    Diskusi
Yang terakhir kami menggunakan metode diskusi kelompok sebagai salah satu upaya penyelesian makalah .


D.   Ruang Lingkup
Dalam makalah ini kami hanya membatasi pada pembahasan tentang pengertian, etiologi, patofisiologi ( proses perjalanan penyakit , manifestasi klinis, komplikasi dan penatalaksanaan medis dan non medis ), dan asuhan keperawatan ( pengkajian, diagnose dan intervensi ).

E.   Sitematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari tiga bab, diantaranya :
Bab I : Berisikan tentang pendahuluan yang memberikan gambaran tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan, dan sitematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori berisi diantaranya pengertian, etiologi, patofisiologi dan asuhan keperawatan ( pengkajian, diagnose, dan perencanaan keperawatan).
Bab III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.




BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   PENGERTIAN

                  Atmanto (1992) menyatakan kanker paru merupakan penyakit dengan keganasan tertinggi diantara jenis kanker lainnya di Jawa Timur dengan angka Case Fatality Rate (CFR) sebesar 24,1%. Pada Tahun 1998 di RS Kanker Dharmais, kanker paru menem-pati urutan kedua terbanyak setelah kanker payudara, yaitu sebanyak 75 kasus (Nasar, 2000)


B.   ETIOLOGI
Beragam faktor telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru: asap tembakau, perokok kedua  ( perokok pasif , polusi udara, radon, dan masukan vitamin A yang tidak adekuat.

Asap tembakau
Penggunaan tembakau menyebabkan  lebih dari satu setiap 6 kematian di Amerika Serikat akibat penyakit paru dan kardiovaskuler; merokok ini merupakan penyebab kematian dan penyebab tunggal yang paling dapat dicegah di Negara ini ( healthy people 2000, 1990 ). Kanker paru adalah sepuluh kali lebih umum terjadi pada perokok dibanding pada bukan perokok. Resiko ditentukan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun ( jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok ). Selain itu, makin muda individu memulai merokok, makin besar resiki terjadinya kanker paru. Faktor lain juga dipertimbangkan termasuk jenis rokok yang dihisap
( kandungan tar, filter vs tidak berfilter ).

Perokok kedua
Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari kanker paru pada bukan perokok. Dengan kata lain, individu yang secara involunter terpajang pada asap tembakau dala lingkungan yang dekat ( mobil, gedung ) berisiko terhadap terjadi nya kanker paru. Opini publik telah mengarah pada berbagai kampanye untuk melarang merokok pada tempat-tempat umum seperti restoran, kantor, dan pesawat udara.

Polusi udara
Berbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfir, termasuk sulfur, emisi kendaraan bermotor dan poluten dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukan bahwa insiden kanker paru lebih besar pada daerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.

Pemajanan Okupasi
Pemajanan kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenic, asbestos, gas mustard, krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru. Hukum telah dibuat untuk mengendalikan pemajangan terhadap elemen tersebut ditempat kerja.

Radon
Radon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan. Selama bertahun-tahun, gas ini telah dikaitkan dengan pertambangan uranium tetapi sekarang diketahui gas tersebut dapat menyusup ke rumah-rumah melalui bebatuan didasar tanah.

Vitamin A
Riset menunjukan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah masukan vitamin A dan terjadinya kanker paru. Telah menjadi postulat bahwa vitamin A berkaitan dengan pengaturan diferensiasi sel.


C.   PATOFISIOLOGI

Klasifikasi dan pentahapan
Empat jenis sel utama kanker paru ( yang berbeda secara signifikan ) telah diidentifikasi : karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ), karsinoma sel kecil ( sel oat ), adenorkarsinoma, dan sel besar  ( tidak dapat dibedakan ).
Selain tipe sel, kanker paru dapat diberi tahapan; tahapan tumor mengacu pada ukuran tumor, apakah nodus limfe terkena, dan apakah kanker telah menyebar. Pentahapan ditentukan dengan biopsi  jaringan, biopsi nodus limfe, dan mediastinoskopi. Pentahapan membantu menentukan apakah tumor harus diangkat.

         Beberapa faktor terjadinya kanker paru diantaranya yaitu Asap tembakau, perokok ke dua, polusi udara, pemajanan okufasi, radon, vitamin A, PPOM dan atau tuberculosis dapat menyebabkan kanker bronkogenik, dimana kanker ini memiliki beberapa sel utama diantaranya karsinoma, epidermoid, karsinoma sel besar, adenokarsinoma, dan karsinoma sel kecil. Berdasarkan pilihan pengobatan maka karsinoma bronkogenik biasa nya dibedakan menjadi kanker paru-paru sel kecil
 ( SCLC ) dan kenker paru-paru sel tidak kecil ( NSCLC ).
Karsinoma epidermoid, karsinoma sel besar dan adenokarsinoma merupakan kanker paru-paru sel tidak kecil dimana tindakan yang dilakukan ialah reseksi bedah. Sedangkan karsinoma sel kecil merupakan kanker paru-paru sel kecil sehingga dapat dilakukan tindakan radiasi dan kemoterapi . pada umum nya kanker tidak dapat disembuhkan tetapi tindakan yang dilakukan berfungsi untuk memperpanjang usia klien.

2.    Manifestasi klinis
         Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai lapisan saluran pernapasan, parenkim paru pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat ( biasanya selama beberapa decade ) dan seringkali asimtomatik sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi, dan keluasan metastase ke tempat regional atau tempat yang jauh.
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat iritasi yang disebab kan oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan dengan merokok. Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sebagai titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

·         Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan terhadap kanker paru.
Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam berespons terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor. Pada kenyataannya, kanker paru harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas berulang yang tidak sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.

Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe regional, pasien dapat menunjukan nyeri dada dan sesak, serak ( menyerang saraf lariengal )disfagia, edema kapala dan leher, dan gejala-gejala efusi pleura atau pericardial. Tempat metastase yang paling umum adalah nodus limfe, tulang, otak, paru kontralateral, dan kelenjar adrenal. Gejala umum seperti kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia tampak pada akhir penyakit.

3.     KOMPLIKASI
·         Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya:
·         Reseksi Bedah dapat mengakibatkan gagal napas
·         Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru
·         Kemoterapi kombinasi radiasi  dapat menyebabkan pneumonitis
·         Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemia


4.     PENATALAKSANAAN MEDIS DAN NON MEDIS
a.    Penatalaksanaan medis
Sasaran penatalaksanaan ialah untuk memberikan penyembuhan jika memungkinkan.
Secara umum, pengobatan dapat mencakup pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.
1.    Pembedahan Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatiic dan mereka yang fungsi jantung parunya baik.
Reseksi bedah jarang menghasilkan penyembuhan sempurna.
2.    Terapi radiasi
           Terapi radiasi dapat menyembukan pasien dalam persentasi kecil, namun bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang tidak dapat di reseksi tetapi yang ressponsif terhadap radiasi. Radiasi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor dan dapat digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor, radiasi dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri dada, dispnea, hemoplisis, dan nyeri tulang serta hepar.
3.    Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk menganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menanganii pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis luas, untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

a.    Penatalaksanaan non medis
1)    Manganjurkan masyarakat ( pasien ) untuk tidak merokok.
2)    Hidup dalam lingkungan yang tidak cemar polusi
3)    Beri dukungan



D. Asuhan Keperawatan
1.  Pengkajian Keperawatan
Pengkajian difokuskan pada sistem yang terganggu.
A.       Distress pernafasan
Bisa didapatkan adanya henti nafas, tachypneu, bradypneu, retraksi dinding dada, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, menurunnya pergerakkan dinding dada, peningkatan usaha untuk bernafas. Suara nafas yang mungkin  didapatkan antara lain crackless, ronchi, wheezing, stridor, penurunan suara nafas. Sekret bisa mengalami meningkat, purulent. 
B.    Kesadaran
Kebingungan, cemas, kurang istirahat.
C.   Cardiocvaskuler dan sirkulasi
Pucat, cyanosis, diaphoresis, hipotensi, bradycardi, tachycardi, arrytmia pada atrial maupun ventrikular, penurunan cardiac out put, shock.
D.   Pemeriksaan penunjang
Analisa gas darah (didapatkan hypoksemia, acidosis, peningkatan atau penurunan CO2). Fungsi pernafasan (penurunan VC, peningkatan volume tidal). ECG (mungkin ditunjukkan adanya arrytmia).
E.   Pemeriksaan diagnostic
ü  Rontgen dada
Suatu foto rontgen dada dapat menunjukan suatu massa atau rongga, mencari tahu densitas paru, atelektasis, dan infeksi
Sitologi sputum
Dapat dilakukan melalui batuk atau bilas salin untuk mengetahui sel-sel maligna.
ü  Bronkhoskopi
            Memberikan pemeriksaan rinci sekmen bronhkial dan membantu dalam mengidentifikasi sumber sel-sel maligna serta kemungkinan keluasan dari pembedahan yang diperkirakan

2 . Diagnosa keperawatan
a.    Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
b.    Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
c.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.
d.   Kecemasan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk bernafas.

3.    Perencanaan keperawatan ( intervensi keperawatan )
a.    DX I
Tujuan:
Pasien menunjukkan kemampuan untuk bernafas secara efektif.
Rencana tindakan:
-   Jelaskan pada klien tentang pentingnya beristirahat dengan posisi setengah duduk.
R/ Posisi semi fowler meningkatkan kapasitas paru dengan adanya gaya gravitasi yang menarik diafragma ke arah bawah.
-   Kaji suara nafas.
R/ Stridor menunjukkan adanya penyumbatan pada daerah pernafasan terutama trakhea.
-   Kaji tekanan darah, nadi, kesadaran dan respon klien.
R/ Penurunan respon klien dan kesadaran menggambarkan adanya penurunan suplai O2 pada daerah otak.
-   Kolaborasi dalam pemasangan ET Tube, pemberian oksigen.
R/ ET tube membantu klien dalam menciptakan jalan nafas, suplai oksigen yang adequat membantu proses metabolisme dalam tubuh.
-   Observasi kemampuan klien dalam bernafas, irama, kedalaman dan frekwensi.
R/ Perubahan irama, kedalaman dan frekwensi nafas merupakan hal yang perlu diwaspadai untuk melakukan tindakan selanjutnya.
b.    DX II
Tujuan:
Klien mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Rencana tindakan:
-   Jelaskan pada klien dan keluarga tentang beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan sekret.
R/ Pengetahuan keluarga dan klien tentang cara-cara mengeluarkan sekret memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
-   Anjurkan klien untuk banyak minum air yang hangat.
R/ Pengenceran sekret mempermudah pengeluaran sekret pada jalan nafas.
-   Ajarkan pada klien tentang tehnik batuk efektif.
R/ Batuk efektif dengan tehnik yang benar membantu mengeluarkan sekret secara adequat.
-   Kolaborasi dalam pemberian obat-obat seperti mukolitik agent.
R/ Sekret yang encer akan lebih mudah untuk dikeluarkan.
-   Observasi suara nafas.
R/ Crackless menunjukkan adanya penumpukkan di jalan nafas.
c.    DX III
Tujuan:
Klien menunjukkan peningkatan kemampuan pertukaran gas dengan parameter hasil pemeriksaan gas darah dalam batas normal.
Rencana tindakan:
-   Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan gas darah.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
-   Anjurkan pada klien untuk mengurangi aktivitas.
R/ Kebutuhan oksigen dapat dikurangi dengan penurunan metabolisme tubuh.
-   Kolaborasi dalam pemberian oksigen dan pemeriksaan analisa gas darah.
R/ Pemberian oksigen mengurangi usaha pernafasan yang tidak efektif.
-   Observasi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran.
R/ Perubahan kesadaran menunjukkan penurunan suplai oksigen ke jaringan otak.
d.   DX IV
Tujuan:
Klien menunjukkan penurunan kecemasan.
Rencana tindakan:
-   Jelaskan pada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan untum mengurangi kecemasan.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan perawatan.
-   Anjurkan pada klien untuk nafas panjang.
R/ Pengendoran otot menciptakan relaksasi sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan.
-   Observasi tingkat kecemasan klien.
R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien dan penentuan tindakan selanjutnya.




BAB III
PENUTUP

A.        KESIMPULAN
                        Kanker paru yang diderita seseorang bisa bersifat benigna atau maligna. Tumor paru terjadi sering kali karena aliran darah yang membawa sel-sel kanker yang bebas dari kanker primer dimana saja didalam tubuh ke paru. Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat di diagnosis. Beragam faktor telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru-paru :
                        Asap tembakau, perokok pasif, polusi udara, radon, masukan vitamin A, PPOM, dan tuberkolosis. Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, nyeri dada, sesak, kelemahan, anoreksia, penueunan berat badan dan anemia. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan.


B.        SARAN
            Melihat tingginya persentase kanker paru, sangat disarankan terhadap masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatannya, terutama bagi perokok. Selain itu sebaiknya masyarakat lebih peka terhadap tanda dan gejala-gejala yang timbul sehingga tahap pengobatan lebih efektif untuk ditangani.
 


DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
 Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Stark, John E, dkk. 1990. Manual Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC



Tidak ada komentar:

Posting Komentar