Hello! Myspace Comments

Sabtu, 14 April 2012

Pasien DEMAM Jangan Diselimuti


Oleh: Prof.Dr. Iwan Darmansjah, Sp. Fk, Farmakolog

Apa yang harus dilakukan bila ada anggota keluarga terserang demam?
Pertama, ia harus istirahat. Menyelimutinya dengan selimut tebal -- ini yang kerap terjadi-- justru tidak dibenarkan. Udara tubuh yang panas malah tidak bisa menguap sehingga suhu akan tambah naik, dan pada anak-anak malah bisa kejang (stuip). Rasa dingin terjadi karena suhu tubuh sedang naik mendadak.


Tindakan yang paling baik adalah menyeka seluruh tubuh penderita dengan kain basah terus-menerus selama 5-7 menit. Dengan menguapnya air dan kulit, tubuh ikut didinginkan sehingga saat itu biasanya suhu tubuhnya mulai turun. Tidak baik memakai alkohol untuk tujuan itu karena alkohol akan diserap oleh kulit. Melakukan kompres hanya di kepala juga tidak efektif karena kontak permukaan terlalu kecil. Selain itu, penderita harus diberi minum banyak untuk ikut mendinginkan tubuhnya.

Demam atau panas memang gejala yang dapat berdiri sendiri atau bagian dari kumpulan gejala suatu penyakit. Demam merupakan suatu tanda penting untuk diperhatikan karena pada awalnya sering tidak atau belum dapat diketahui penyebab, dan berbahaya atau tidaknya.

Bila timbul demam, sebaiknya ukur suhu ketiak dengan termometer empat kali sehari tiap 4-5 jam. Suhu ini perlu dicatat untuk diperlihatkan pada dokter. Dokter yang nanti memeriksanya itu dapat memperoleh kesan jenis penyakitnya dari naik turunnya suhu badan. Misalnya suhu pada penyakit tifus, pada 3-4 hari pertama hanya naik malam hari sedangkan pagi panasnya hilang. Demam karena tifus, pada hari-hari awalnya hampir selalu dimulai dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Jadi, bila suhu badan hari pertama sudah sekitar 39-40 derajat C disertai menggigil, hampir dapat dipastikan ini bukan tifus. Tifus baru dicurigai bila demam sudah berjalan 4-5 hari atau lebih.

Demam yang pada hari pertama saja sudah mendadak tinggi, biasanya disebabkan oleh penyakit akibat virus, seperti influenza atau demam berdarah. Tentu ada banyak penyakit infeksi lain yang pola suhunya mirip tifus atau infeksi virus, namun di Indonesia dapat dikatakan 90% demam yang mendadak tinggi disebabkan oleh virus. Karena itu, demam yang sudah diderita lebih dari 2-3 hari perlu dikonsultasikan ke dokter karena perlu ditentukan penyebabnya. Di negara kita, salah satu penyebab yang sangat dikhawatirkan ialah demam berdarah yang banyak terjadi di akhir musim penghujan.

Bila pelbagai upaya awal untuk menurunkan demam tidak berhasil penderita dapat diberi obat penurun panas yang juga mempunyai sifat mengurangi rasa sakit, pegal, dan sakit kepala.

Obat pilihan pertama ialah parasetamol yang dijual dengan berbagai nama dagang. Menurut peraruran Depkes, semua obat yang dijual bebas harus menuliskan nama generik di bawah nama dagangnya yang dicantumkan di bawah "kandungan". Namun, patut diingat bila gejalanya hanya demam, tidak dibenarkan untuk menggunakan parasetamol yang dicampur dengan bahan aktif lain, misalnya untuk pilek, batuk, dan sebagainya. Tambahan bahan lain itu selain tidak ada gunanya, juga menjadikan obat lebih mahal. Belum lagi bila menimbulkan efek sampingan, akan menjadi mubazir.

Obat lain yang juga baik ialah ibuprofen karena efektif dan aman, namun mungkin belum begitu dikenal masyarakat. Asetosal (dikenal sebagai aspirin) tidak dianjurkan bila lambung pasien tidak tahan karena sifat asamnya. Asetosal dalam dosis 1 tablet dewasa menyebabkan darah menjadi encer sehingga perdarahan (seperti dalam haid atau terluka) akan sulit berhenti karena darah tidak dapat membeku. Asetosal juga tidak dianjurkan bila penyebab demam adalah virus (campak, cacar air, dan sebagainya), terutama pada anak karena asetosal dihubungkan dengan komplikasi fatal yang disebut Reye syndrome.

Pilihan lain yang tidak termasuk golongan obat bebas ialah asam mefenamat (kecuali yang 250 mg untuk orang dewasa) yang dikenal masyarakat sebagai Ponstan, dan dipiron (dikenal sebagai Antalgin atau Novalgin). Kedua obat mi tidak dibenarkan dibeli di toko obat atau apotek karena harus memakai resep. Seperti diketahui, kemasan obat bebas ditandai dengan lingkaran hijau atau biru, sedangkan obat resep lingkaran merah. (intisari)

Rabu, 11 April 2012

Cara Merawat Laptop

Cara Merawat Laptop - Melalui tulisan sederhana kali ini akan disajikan berbagai tips sederhana dalam merawat dan menghindarkan laptop Anda dari kerusakan dini. Ini akan berguna dalam menambah umur laptop Anda.

1. Jangan sembarangan mendownload software gratis dari internet.

Terlebih lagi misalnya software yang seolah-olah sebagai suatu antivirus. Gunakan software-software yang telah Anda dapatkan dari paket laptop yang Anda beli. Risiko virus bisa merusak ke dalam laptop Anda jika Anda sembarangan menggunakan software dari internet. Jika Anda tetap ingin menggunakan software hasil download, maka pastikan
sudah Anda scan software tersebut dengan antivirus yang Anda miliki.

2. Jangan letakkan laptop di lantai.

Ketika laptop Anda di lantai, maka risiko laptop terinjak kaki orang, anak Anda, atau binatang peliharaan akan sangat besar. Anak kecil akan mengira laptop Anda mainan dan binatang peliharaan Anda bisa saja merusak bagian-bagian tertentu dari laptop. Selain itu laptop yang diletakkan di lantai akan cepat kotor oleh debu.


3. Tancapkan ke stabilizer listrik laptop Anda.

Jika Anda sedang bekerja di laptop dengan menggunakan listrik (tanpa baterai), maka sebaiknya gunakan stabilizer yang bisa mencegah terjadinya tegangan listrik yang tidak stabil ke laptop Anda.

4. Jangan letakkan benda apapun di antara keyboard dan layar laptop.

Seringkali penulis jumpai seseorang yang menggunakan laptop, kemudian meletakkan kertas-kertas di atas keyboard laptop, kemudian menutup laptopnya. Hal ini sangat berbahaya, karena risiko layar tergores menjadi besar. Tentunya Anda tidak ingin mengganti layar laptop gara-gara tergores bukan?

5. Jangan letakkan laptop Anda pada permukaan yang terlalu empuk.

Misalnya laptop Anda letakkan pada sofa yang sangat empuk, sehingga laptop menjadi terlihat agak tenggelam di dalam sofa. Ini adalah sangat berbahaya, karena dapat menghambat keluarnya panas dari dalam laptop dan menjadikan laptop Anda kepanasan.

6. Berhati-hatilah ketika membawa laptop Anda di dalam tas.

Jangan gunakan sembarang tas untuk membawa laptop Anda. Gunakan tas yang memang digunakan untuk laptop sehingga benda-benda lainnya tidak akan menggores bagian-bagian tertentu pada laptop.

7. Jangan pernah minum atau makan atau meletakkan minuman yang mengandung cairan di sekitar laptop.

Ini sangatlah berbahaya, karena laptop sangat peka terhadap cairan yang mengenai laptop, misalnya saja cairan yang masuk ke dalam keyboard.

8. Jangan pernah berusaha untuk membongkar laptop Anda sendiri.

Ini merupakan tindakan yang sangat tidak bijaksana. Laptop bukanlah seperti radio atau tape recorder biasa. Banyak bagian-bagian yang sangat kecil yang dari pabriknya saja sudah dirakit dengan menggunakan presisi robot. Jika Anda ceroboh, maka laptop Anda bisa rusak parah. Bawalah selalu laptop yang rusak ke dealer atau service center dari laptop Anda.


Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukemia

BAB II
ISI

    A.    Pengertian
Leukimia penyakit ini merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukimia dikatakan  penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tepi yang di hasilkan adalah seldarah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah yang normal.
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi sel hemopoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam pembentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain. ( Kapita Selekta kedokteran, 2000 )
Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan  terjadinya anemia trombositopenia.
Leukemia merupakan bentuk kanker yang paling umum pada masa kanak-kanak; di amerika serikat, hampir mencapai sepertiga dari 7.000 kasus baru kanker anak setiap tahunnya. Jenis leukemianya sama dengan dewasa, kecuali leukemia limfositik kronik,yang amat jarang pada anak-anak. 76%merupakan leukemia limfositik akut, sisanya berupa leukemia nonlimfositik akut, sisanya berupa leukemia nonlimfositik akut dan leukemia mielositik kronik,masing-masing 21% dan 3%. Leukemia nonlimfositik kronik lebih umum di temukan pada orang dewasa.
( Perawatan anak sakit edisi II 2005 )


    A.    Etiologi
1.      Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen.
2.      Radiasi
3.      Obat-obat imunosupresif, obat-obat karsinogenik seperti diethylstilbetrol
4.      Faktor herediter, misalnya pada kembaran monozigot
5.      Kelainan kromosom misalnya pada down sydrome

    B.     Proses penyakit
-          Normal nya tulang marrow diganti dengan tumor yang maligna, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia
-          Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
-          Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
-          Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe dan nodus limfe dan nyeri persendian.

    C.    Manifestasi klinik
1.      Pilek tidak sembuh-sembuh
2.      Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3.      Demam dan anorexia berat badan menurun
4.      Ptechiae, memar tanpa sebab
5.      Nyeri pada tulang dan persendian
6.      Nyeri abdomen
7.      Lymphadenopahty
8.      Hepatosplenomegaly
9.      Abnormal WBC

Klasifikasi :
    1.      Leukemia limfosit akut (LLA)
LLA subtype merupakan 60% dari bentuk leukemia anak dengan insidens puncak pada usia 3-4 tahun. LLA lebih banyak ditemui pada anak laki-laki disbanding anak perempuan. Laporan laporan tentang leukemia akut berkelompok pada anak menimbulkan dugaan adanya pengaruh beberapa faktor lingkungan umum, seperti agen infeksi atau karsinogen kimiawai, tetapi analisis statistic yang teliti belum dapat mendukung dugaan ini.
Ciri-ciri sitokimia untuk indentifikasi sel-sel blasn LLA adalah tidak adanya granula-granula yang positif dengan peroksidase atau sudan B hitam didalam sitoplasma, dan seringkali menampakkan gumpalan materi yang positif, limfoblas tersebut juga bereaksi negatif dengan esterase nenspesifik.
Manifestasi klinis Anak- anak dengan LLA umumnya memperlihatkan gambaran yang agak konsisten. Sekitar dua pertiga telah memperlihat kan gejala dan tanda selama kurang dari 6 minggu pada saat diagnosis ditegakkan,gejala pertama biasanya tidak khas; dapat memunyai riwayat infeksi saluran napas akibat virus atau suatu eksentama yang belum sembuh sempurna. Manifestasi awal yang lazim adalah anoreaksia , iritabilitas dan alergi. Kegagalan fungsi sum-sum tulang  yang progresif menimbulkan keadaan pucat, perdarahan dan demam yaitu gambaran-gambaran yang mendesak dilakukannya pemeriksaan diagnostic.

    2.           Leukemia Non-Limfositik Akut (LNLA)
        Bentuk leukemia ini ditemukan pada sekitar 20% penderita. Frekuensinya hampir sama pada tiap kelompok umur dan sebanding pula pada anak laki-laki dan perempuan. LNLA karakteristik pada beberapa kondisi yang merupakan predisposisinya, yaitu anemia fanconi dan sindroma bloom dimana terdapat kerusakan kromosom yang berat.
      Pembedaan berdasarkan ciri-ciri morfologi sel dengan pewarnaan wright pada sediaan apus darah dan sumsum tulang. Derajat kemiripan sel predominan dengan sel normal menentukan pembagian tipe. Bentuk yang paling umum adalah populasi sel  leukemik yang menyerupai mieloblas atau mielomonoblas.proporsi kedua jenis sel tersebut membedakannya menjadi dua tipe leukemia yang menyusun sekitar 90% dari seluruh LNLA. Meskipun berbeda secara sitologik,tampilan klinis dan respons terapi dari tipe-tipe subgroup ini hampir sama dengan satu kekecualian: subgroup dengan predominansi sel mirip promielosit mempunyai risiko gejala-gejala perdarahan akibat koagulasi intravascular tersebar yang timbul pada saat respons pengobatan dini. Subtype ini ditemukan sekitar 5% dari penderita LNLA.
Manisfestasi klinis. Biasanya gejala dan tanda pada penyakit ini tidak lama berlangsungnya (pada sekitar 50% penderita kurang dari 6 minggu) hingga saat diagnose ditegakan . namun pada beberapa, riwayat tanda dan gejala memberikan petunjuk bahwa  mungkin awitanya telah berlangsung selama lebih dari 12 bulan sebelum tampilan yang nyata; pada pasien demikian , keluhan  biasanya bersifat kelelahan dan infeksi berulang. Gejala dan tanda lainya yang mangkin hebat dalam 2 minggu sebelum didiagnosis dapat berupa pucat, demam, perdarahan aktif, nyeri tulang, distress, gastrointestinal, atau infeksi berat.

    3.      Leukemia Molistik Kronik ( LMK )
Bentuk leukemia ini hanya merupakan 3% kasus pada anak-anak. Ada dua tipe dasar leukemia mielositik kronik. Persamaan keduanya hanya pada ciri-ciri umum yaitu peningkatan jumlah sel-sel myeloid yang berdiferensasi dalam darah. Pada bentuk dewasa, kromosom ph1 ( Philadelphia ) yang patogonomik ditemukan secara konsisten. Pada juvenile, sel leukemik dapat dengan berbagai pareasi kromosom aneoploidi tetapi jarang ditemukan kromosom ph1. Bentuk dewasa LMK lasim ditemukan pada anak-anak besar, namun kadang-kadang ditemukan pada bayi karena itu pada pasien LMK harus dilakukan analisis kromosom untuk menentukan bentuk spesifiknya.

LEUKEMIA MIELOSITIK KRONIK JUVENIL
Pasien-pasein ini mempunyai ruwam eksematosa, limpadenopati dan infeksi bakteri rekuren karena itu dapat menyerupai penderita penyakit granulamatosa kronik. Pada saat diagnosis penderita umumnya pucat dengan purpura serta pembesaran moderat hati dan limpa.

LEOKEMIA MELOLISTIK KRONIK FAMILIAL
Suatu subgroup LMK merupakan penyakit pamilial. Umur saat awitan 6 bulan gingga 4 tahun  dengan gambaran klinis kelelahan yang meningkat hambatan pertumbuhan, hepatoplenomegali pasif. Temuan darah mirip dengan LMK juvenin.

    D.    Komplikasi
1.      Sepsis
2.      Perdarahan
3.      Gagal organ
4.      Iron deficiency Anemia ( IDA )
5.      Kematian

Pemeriksaan penunjang :
-          Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur
-          Aspirasi sumsum tulang ( BMP ) : hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda
-          Biopsy sumsum tulang
-          Lumbal punki untuk mengetahui apakah system saraf pusat terinfil-trasi

    E.     Penatalaksanaan
a.    Penatalaksanaan medis
1.         Tranfusi darah, biasanya diberikan jika kadar HB kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan tranfusi trombosit dan bila terdapat  tanda-tanda DIC dapat diberikan Heparin.
2.         Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah sicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3.         Sistostatika. Selain sitostatika yang lama  (6-markaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai juga yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya sitaostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada penberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi skunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm pemberian harus hati-hati.
4.         Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat yang suci hama)
5.         Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah, imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
6.         Transplantasi sumsum tulang sebagai terapi.

b.         Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan pisikososial harus diutamakan. Yang perlu dipersiapkan ruangan aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya.


     F.     Konsep Tumbuh Kembang Anak
A. Oleh Sigmund Freud
Tahap-Tahap Perkembangan Psikoseksual
1. Masa Oral (0 – 1 tahun)
Masa oral merupakan tahap pertama perkembangan psikoseksual, yang mana bayi memperoleh dan merasakan kepuasan melalui mulutnya

2. Tahap Anal (1-3 tahun)
Pada tahap ini libido terdistribusikan ke daerah anus. Anak akan mengalami ketegangan ketika duburnya penuh dengan ampas makanan. Peristiwa buang air besar yang dialami oleh anak merupakan proses pelepasan ketegangan dan pencapaian kepuasan, rasa senang atau rasa nikmat yang mana peristiwa ini disebut dengan erotic anal. Ketika sudah dapat mengontrol otot-otot dubur ini, kadang-kadang mereka belajar untuk menahan gerakan perutnya, dengan maksud untuk meningkatkan tekanan di dubur yang dapat menimbulkan kenikmatan saat fesesnya terlepas.

3. Tahap Phalik (3-5 tahun)
Pada tahap ini anak mulai senang memainkan alat kelaminnya sendiri. Dimana sumber kenikmatan berpindah ke daerah kelamin. Pada masa ini terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis, terutama yang terkait dengan perlakuan orang tua kepada anak.
a. Masa phalik pada anak laki-laki
Freud percaya bahwa ibu adalah obyek untuk melakukan hubungan seks bagi anak laki-laki pada masa ini. Oleh Freud ketertarikan anak laki-laki terhadap ibunya ini disebut dengan Oedipus kompleks. Nama Oedipus diambil dari tokoh mitologi Yunani kuno, yang nekat membunuh ayahnya sendiri kemudian mengawini ibunya.
b. Masa phalik pada anak perempuan
Seperti pada anak laki-laki, menurut Freud anak perempuan juga mengalami hal yang sama. Anak perempuan juga mempunyai keinginan untuk melakukan hubungan seks dengan ayahnya.

4.     Masa Laten (6-12 tahun)
Setelah melewati masa phalik, yang mana kenikmatan berpusat pada alat kelamin. Maka perkembangan selanjutnya ialah masa laten. Masa ini disebut juga dengan masa sekolah dasar. Karena masa-masa ini memang anak-anak mulai masuk sekolah. Selama masa ini, anak mengembangkan kemampuannya melalui tugas-tugas sekolah, bermain olah raga dan kegitan-kegitan lainnya yang dapat menigkatkan potensi dirinya.

5.     Masa Genital (12 > tahun)
Tahap ini merupakan tahap yang terakhir, yang berlangsung pada masa pubertas sampai masa dewasa. Tahap ini merupakan masa kebangkitan kembali dorongan seksual, dimana sumber kesenangan seksual sekarang adalah orang yang berada di luar keluaraga.Masa ini ditandai dengan matangnya organ reproduksi anak.

B. Oleh Erik Erikson
Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.
Adapun tahap-tahap perkembangan psikososial anak adalah sebagai berikut:

1.         Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontak dengan dunia luar maka ia mutlak tergantung dengan orang lain.

2.         Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )
Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya.

3.         Inisiatif Vs Rasa Bersalah ( 3-6 tahun )
Pada tahap ini anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai diikut sertakan sebagai individu misalnya turut serta merapihkan tempat tidur atau membantu orangtua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya misalnya menjadi aktif diluar rumah . Hubungan dengan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang sendiri.

4.         Industri Vs Inferioritas ( 6-12 tahun )
Pada tahap ini anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang akhirnya dan dapat menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orangtua dalam waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses pendidikan ini anak belajar untuk bersaing (sifat kompetetif), juga sifat kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan-peraturan yang berlaku.
Kunci proses sosialisasi pada tahap ini adalah guru dan teman sebaya.

5.         Identitas Vs Difusi Peran ( 12-18 tahun )
Pada tahap ini terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa. sehingga nampak adanya kontradiksi bahwa di lain pihak ia dianggap dewasa tetapi disisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan, Peran orangtua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama mulai menurun. Sedangkan peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Melalui kehidupan berkelompok ini remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri.

Secara umum ada 2 faktor utama yang mempengaruhi terhadap tumbuh kembang anak, yaitu;
1.faktor genetic
Factor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan .
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan factor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup  baik akan memungkunkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan  yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan ‘’ bio-fisiko-psiko-sosial’’ yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai konsepsi sampai akhir hayatnya.
a.faktor lingkungan prenatal
factor lingkungan prenatal yang mempengaruhi terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsep si sampai akhir, antara lain adalah:
1.                   Gizi ibu pada waktu hamil
2.                   Mekanis
3.                   Toksin atau zat kimia
4.                   Endokrin.
5.                   Radiasi
6.                   Infeksi
7.                   Stres
8.                   imunitas
9.                   Anoksia emberio

b.faktor lingkungan post-natal
            Bayi baru lahir harus melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetic dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
              Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :
1.                   Lingkungan biologis
2.                    Factor fisik
3.                   Factor psikososial
4.                   Factor keluarga dan adat istiadat
Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik adalah hasil dari perubahan bentuk dan fungsi dari organisme :
1.      Pertumbuhan janin intrauterin
2.      Pertumbuhan setelah lahir
·         Berat badan
·         Tinggi badan
·         Kepala
·         Gigi
·         Jaringan lemak
·         Organ-organ tubuh

Perkembangan anak balita
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena apda masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada  masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kretifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
Tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu misalnya :
·      4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu
·      12-16 minggu :
-          menegakkan kepala, tengkurap sendiri
-          Menoleh kearah suara
-          Memegang benda yang ditaruh ditangannya
·      20 minggu :
-          Meraih benda yang didekatkan kepada nya
·      26 minggu :
-          Dapat memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya
-          Duduk dengan bantuan kedua tangannya kedepan
-          Makan biskuit sendiri
·      9-10 bulan :
-          Menunjuk dengan jari telunjuk
-          Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk
-          Merangkak
-          Bersuara da..da..
·      13 bulan :
-          Berjalan tanpa bantuan
-          Mengucapkan kata- kata tunggal.

Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh :
A.  psikososial
a.     Stimulasi
b.     Motivasi belajar
c.     Ganjaran maupun hukuman yang wajar
d.    Kelompok sebaya
e.     Stress
f.     Sekolah
g.     Cinta gan kasih sayang
h.     Kualitas interaksi anak-orang tua

    G.    Konsep hospitalisasi
a. Pengertian
Hospitalisai merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawat sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa peneliti ditunjukan dengan pengalaman yang sangat romatik dan penuh dengan stres.
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak yaitu, cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah ( Wong, 2000 ). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan tidak hanya anak orang tua juga mengalami yang sama.beberapa penelitian menunjukan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi saat perawatan anaknya dirumah sakit walaupun beberapa orangt tua juga dilaporkan tidak mengalaminya karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi permasalahannya ( hallstrom dan Elander, 1997. Brewis, E 1995 ). Terutama pada mereka baru pertama kali menalami perawatan anak dirumah sakit, dan orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi dan sosial keluarga, kerabat bahkan petugas kesehatan akan menunjukan cemasnya. Penelitian lain menunjukan bahwa pada saat mendengarkan keputusan Dokter tentang diagnosis penyakit anaknya merupakan kejadian yang sangat membuat stres orang tua ( Tiedeman, 1997 ).
Apabila anak sters selama dalam perawatan orang tua menjadi stres pula dan sters orang tua akan membuat tingkah stres anak akan meningkat ( Supartini, 2000 ). Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat stres ( Brewis, 1995 ). Dengan demikian asuhan keperawat tidak bisa hanya berfokus pada anak tetapi juga pada orang tuanya.

Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
Seperti telah dikemukan diatas anak akan menunjukan berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut besifat individual, dan sangat bergantung pada tahap usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasa karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Berikt ini reaksi anak terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit sesuai dengan tahapan perkembangan anak .
1.      Masa Bayi ( 0 sampai 1 tahun )
2.      Masa todler (  2­ sampai 3 tahun )
3.      Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
4.      Masa sekolah (6 sampai 12 tahun)
5.      Masa remaja (12 sampai 18 tahun)

Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak dirumah sakit
Reaksi yang sering muncul pada saudara kandung ( sibling ) tarhadap kondisi ini adalah marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah. Rasa marah timbul karena jengkel terhadap orang tua yang dinilai tidak meperhatikannya. Cemburu atau iri timbul karena dirasakan orang tuanya lebih mementingkan saudaranya yang sedang ada dirumah sakit, dan ia tidak dapat mengalami kondisi ini dengan baik. Perasaan benci juga timbul tidak hanya pada saudaranya tetapi juga pada situasi yang dinilainya sangat tidak menyenangkan. Selain perasaan tersebut, rasa bersalah juga dapat muncul karena anak berfikir mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya. Ia mungkin mengingat kejadian yang telah berlalu sebelum saudaranya sakit dan ia menghubungkan hal ini dengan kesalahannya.
Selain perasaan tersebut, takut dan cemas serta perasaan yang kesepian juga sering muncul. Karena situasi dirumah dirasakan tidak seperti biasanya ketika anggota keluarga lengkap berada dirumah dalam situasi penuh kehangatan, bercengkerama dengan orang tua dan saudaranya.

Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan dirumah sakit
Persiapan anak sebelum dirawat dirumah sakit didasarkan pada adanya asumi bahwa ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahui akan menjadi ketakutan yang nyata.
Pada tahap sebelum masuk rumah sakit dapat dilakukan :
1)      Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit dengan peralatan yang diperlukan.
2)      Apabila anak harus dirawat secara berencana 1-2 hari sebelum dirawat diorientasikan dengan situasi rumah skit dengan bentuk miniatur bangunan rumah sakit.
Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan :
1)      Kenalkan perawat dan Dokter yang akan merawatnya
2)      Orientasi kan anak dan orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakan
3)      Kenalkan dengan pasien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya
4)      Berikan identitas pada anak, misalnya pada papan nama anak.
5)      Jelaskan aturan rumah sakit yang belaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti
6)      Laksanakan pengkajian riwayat perawatan
7)      Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dengan diprogramkan

    H.    Asuhan Keperawatan
A.  Pengkajian
1.       Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi)  juga disertai dengan sakit kepala.
2.    Riwayat Perawatan Sebelumnya
3.   Riwayat kelahiran anak :
 Prenatal
 Natal
 Post natal
4.   Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.
5.    Riwayat keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).
Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHG
Nadi :100x/mnt
Suhu :39 c
RR : 20x/mnt
c. Pemeriksaan Kepala Leher
Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri), perdarahan gusi
Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP.
d. Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi dehidrasi.
e. Pemeriksaan Dada dan Thorax
- Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
- Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
- Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
- Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
f. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa.


B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat.
2.      Resiko infeksi b/d menurunnya sistem pertahanan tubuh
3.      Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat anemia
4.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemotrapi, radioterapy
5.      Gangguan rasa nyaman nyeri b/d adanya kontraksi
``
C.     Perencanaan keperawatan ( Intevensi )
a.    DX I
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Kebutuhan nutrisi klien   terpenuhi.
Kriteria hasil :
a) . Nafsu makan (+)
b). Muntah (-)
c) . Berat badan (+)
Intervensi :
a.  Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional   : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsimakanan.
b.  Timbang berat badan setiap hari.
Rasional   :  mengawasi penurunan berat badan.
c.  Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional  :  makanan  sedikit  dapat  meningkatkan  pemasukan  denganmencegah distensi lambung.
d. Berikan penyuluhan pada orang tua klien pentingnya nutrisi yang adekuat.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan orang tua tentang pentingnya makanan bagi tubuh dalam membantu proses penyembuhan.
e.  Tingkatkan masukan cairan diatas kebutuhan minuman
Rasional : guna mengkompensasi tambahan kebutuhan cairan.
f.  Dorong anak untuk minum.
Rasional : meningkatkan kepatuhan.
g.  Ajarkan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi
Rasional : menghindari keterlambatan therapi rehidrasi.
h.  Tekankan pentingnya menghindari panas yang berlebihan.
Rasional : menghindari penyebab kehilangan cairan.

b.      DX II
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
1)      Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Kriteria hasil :
a)      Demam (-)
b)      Kemerahan (-)
c)      Suhu kembali normal

2) Intervensi :
a. Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
a.    Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
b.    Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
c.    Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
d.   Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
e.    Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
f.     Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
g.    Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
h.    Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

c.     DX III
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
1)      Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil :
a)      Anemia (-)
b)      Kelemahan teratasi
c)      Klien dapat istirahat dengan nyaman
d). Klien dapat beraktifitas

2) Intervensi :
a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
a)      Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
b)      Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

c.       DX V
Tujuan         : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit pemberian kemoterapi, radioterapy dapat teratasi
Kriteria hasil ;
a)      Kerusakan integitas kulit (-)
b)      Kekurangan kalori dan protein teratasi
c)      Dekubitus (-)
Intervensi :
a)      Kaji secara dini tanda-tanda kerusakan intregitas kulit
Rasional: agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut
b)      Berikan perawatan kulit khususnya daerah perinial dan mulut
Rasional : mencegah timbulnya infeksi
c)      Ganti posisi dengan sering
Rasional : agar tidak terjadi kekakuan otot
d)     Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang adekuat
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan tubuh

d.      V
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d adanya kontraksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3x24 jam gangguan rasa nyaman nyeri teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri (-)
Intervensi :
a). Kaji skala nyeri
rasional : untuk mengetahui intensitas nyeri
b). Palpasi abdomen
rasional : untuk mengetahui apakah ada masa atau tidak
c). Atur posisi pasien
rasional : memberikan kenyaman pada pasien.

                       Daftar pustaka
 -      Kapita Selekta Kedokteran . Media aeskulapius : FKUI. 2000. Jakarta.
 -      Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Ngastiyah. EGC. 2005. Jakarta.
 -     Asuhan Keperawatan anak Edisi 2. Suriadi, skp, MSN & Rita Yulianni, skp, M.Psi :  Sagung Seto.   2006. Jakarta.


@Disusun Oleh : Crisvina Wulandari