Hello! Myspace Comments

Senin, 30 Januari 2012

MAKALAH KMB TUMOR PARU



BAB I
PENDAHULUAN


A.   LATAR BELAKANG

Kanker paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun begitu, kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Pada hampir 70% Pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat  lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien kanker paru adalah rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis ) dalam paru. Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan bagian dari kelompok resiko tinggi yaitu , apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar dengan suatu bahan berbahaya dalam pekerjaannya , dan pernakah pasien menderita fibrosis paru kronis. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan.


B.   TUJUAN PENULISAN
1.    TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti seminar diharapkan mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan tumor paru.

2.    TUJUAN KHUSUS
a.    Mahasiswa mengetahui apa pengertian tumor paru bagaimana etiologi dan patofisiologinya .
b.    Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien dengan tumor paru.
c.    Mahasiswa dapat membuat diagnosa keperawatan pada klien tumor paru
d.    Mahasiwa dapat membuat serta memahami perencanaan perawatan pad aklien dengan tumor paru.

C.   METODE PENULISAN
1.    Pustaka
Dalam menyusun makalah ini kelompok menggunakan beberapa literature atau referensi yang ada di perpustakaan sebagai acuan dalam pembuatan makalah ini.
2.    Browsing
Selain dari buku, kelompok juga mencari tambahan referensi dan gambar melalui Wikipedia.
3.    Diskusi
Yang terakhir kami menggunakan metode diskusi kelompok sebagai salah satu upaya penyelesian makalah .


D.   Ruang Lingkup
Dalam makalah ini kami hanya membatasi pada pembahasan tentang pengertian, etiologi, patofisiologi ( proses perjalanan penyakit , manifestasi klinis, komplikasi dan penatalaksanaan medis dan non medis ), dan asuhan keperawatan ( pengkajian, diagnose dan intervensi ).

E.   Sitematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari tiga bab, diantaranya :
Bab I : Berisikan tentang pendahuluan yang memberikan gambaran tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan, dan sitematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori berisi diantaranya pengertian, etiologi, patofisiologi dan asuhan keperawatan ( pengkajian, diagnose, dan perencanaan keperawatan).
Bab III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.




BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   PENGERTIAN

                  Atmanto (1992) menyatakan kanker paru merupakan penyakit dengan keganasan tertinggi diantara jenis kanker lainnya di Jawa Timur dengan angka Case Fatality Rate (CFR) sebesar 24,1%. Pada Tahun 1998 di RS Kanker Dharmais, kanker paru menem-pati urutan kedua terbanyak setelah kanker payudara, yaitu sebanyak 75 kasus (Nasar, 2000)


B.   ETIOLOGI
Beragam faktor telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru: asap tembakau, perokok kedua  ( perokok pasif , polusi udara, radon, dan masukan vitamin A yang tidak adekuat.

Asap tembakau
Penggunaan tembakau menyebabkan  lebih dari satu setiap 6 kematian di Amerika Serikat akibat penyakit paru dan kardiovaskuler; merokok ini merupakan penyebab kematian dan penyebab tunggal yang paling dapat dicegah di Negara ini ( healthy people 2000, 1990 ). Kanker paru adalah sepuluh kali lebih umum terjadi pada perokok dibanding pada bukan perokok. Resiko ditentukan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun ( jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok ). Selain itu, makin muda individu memulai merokok, makin besar resiki terjadinya kanker paru. Faktor lain juga dipertimbangkan termasuk jenis rokok yang dihisap
( kandungan tar, filter vs tidak berfilter ).

Perokok kedua
Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari kanker paru pada bukan perokok. Dengan kata lain, individu yang secara involunter terpajang pada asap tembakau dala lingkungan yang dekat ( mobil, gedung ) berisiko terhadap terjadi nya kanker paru. Opini publik telah mengarah pada berbagai kampanye untuk melarang merokok pada tempat-tempat umum seperti restoran, kantor, dan pesawat udara.

Polusi udara
Berbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfir, termasuk sulfur, emisi kendaraan bermotor dan poluten dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukan bahwa insiden kanker paru lebih besar pada daerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.

Pemajanan Okupasi
Pemajanan kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenic, asbestos, gas mustard, krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru. Hukum telah dibuat untuk mengendalikan pemajangan terhadap elemen tersebut ditempat kerja.

Radon
Radon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan. Selama bertahun-tahun, gas ini telah dikaitkan dengan pertambangan uranium tetapi sekarang diketahui gas tersebut dapat menyusup ke rumah-rumah melalui bebatuan didasar tanah.

Vitamin A
Riset menunjukan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah masukan vitamin A dan terjadinya kanker paru. Telah menjadi postulat bahwa vitamin A berkaitan dengan pengaturan diferensiasi sel.


C.   PATOFISIOLOGI

Klasifikasi dan pentahapan
Empat jenis sel utama kanker paru ( yang berbeda secara signifikan ) telah diidentifikasi : karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ), karsinoma sel kecil ( sel oat ), adenorkarsinoma, dan sel besar  ( tidak dapat dibedakan ).
Selain tipe sel, kanker paru dapat diberi tahapan; tahapan tumor mengacu pada ukuran tumor, apakah nodus limfe terkena, dan apakah kanker telah menyebar. Pentahapan ditentukan dengan biopsi  jaringan, biopsi nodus limfe, dan mediastinoskopi. Pentahapan membantu menentukan apakah tumor harus diangkat.

         Beberapa faktor terjadinya kanker paru diantaranya yaitu Asap tembakau, perokok ke dua, polusi udara, pemajanan okufasi, radon, vitamin A, PPOM dan atau tuberculosis dapat menyebabkan kanker bronkogenik, dimana kanker ini memiliki beberapa sel utama diantaranya karsinoma, epidermoid, karsinoma sel besar, adenokarsinoma, dan karsinoma sel kecil. Berdasarkan pilihan pengobatan maka karsinoma bronkogenik biasa nya dibedakan menjadi kanker paru-paru sel kecil
 ( SCLC ) dan kenker paru-paru sel tidak kecil ( NSCLC ).
Karsinoma epidermoid, karsinoma sel besar dan adenokarsinoma merupakan kanker paru-paru sel tidak kecil dimana tindakan yang dilakukan ialah reseksi bedah. Sedangkan karsinoma sel kecil merupakan kanker paru-paru sel kecil sehingga dapat dilakukan tindakan radiasi dan kemoterapi . pada umum nya kanker tidak dapat disembuhkan tetapi tindakan yang dilakukan berfungsi untuk memperpanjang usia klien.

2.    Manifestasi klinis
         Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai lapisan saluran pernapasan, parenkim paru pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat ( biasanya selama beberapa decade ) dan seringkali asimtomatik sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi, dan keluasan metastase ke tempat regional atau tempat yang jauh.
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat iritasi yang disebab kan oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan dengan merokok. Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sebagai titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

·         Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan terhadap kanker paru.
Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam berespons terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor. Pada kenyataannya, kanker paru harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas berulang yang tidak sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.

Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe regional, pasien dapat menunjukan nyeri dada dan sesak, serak ( menyerang saraf lariengal )disfagia, edema kapala dan leher, dan gejala-gejala efusi pleura atau pericardial. Tempat metastase yang paling umum adalah nodus limfe, tulang, otak, paru kontralateral, dan kelenjar adrenal. Gejala umum seperti kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia tampak pada akhir penyakit.

3.     KOMPLIKASI
·         Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya:
·         Reseksi Bedah dapat mengakibatkan gagal napas
·         Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru
·         Kemoterapi kombinasi radiasi  dapat menyebabkan pneumonitis
·         Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemia


4.     PENATALAKSANAAN MEDIS DAN NON MEDIS
a.    Penatalaksanaan medis
Sasaran penatalaksanaan ialah untuk memberikan penyembuhan jika memungkinkan.
Secara umum, pengobatan dapat mencakup pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.
1.    Pembedahan Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatiic dan mereka yang fungsi jantung parunya baik.
Reseksi bedah jarang menghasilkan penyembuhan sempurna.
2.    Terapi radiasi
           Terapi radiasi dapat menyembukan pasien dalam persentasi kecil, namun bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang tidak dapat di reseksi tetapi yang ressponsif terhadap radiasi. Radiasi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor dan dapat digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor, radiasi dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri dada, dispnea, hemoplisis, dan nyeri tulang serta hepar.
3.    Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk menganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menanganii pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis luas, untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

a.    Penatalaksanaan non medis
1)    Manganjurkan masyarakat ( pasien ) untuk tidak merokok.
2)    Hidup dalam lingkungan yang tidak cemar polusi
3)    Beri dukungan



D. Asuhan Keperawatan
1.  Pengkajian Keperawatan
Pengkajian difokuskan pada sistem yang terganggu.
A.       Distress pernafasan
Bisa didapatkan adanya henti nafas, tachypneu, bradypneu, retraksi dinding dada, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, menurunnya pergerakkan dinding dada, peningkatan usaha untuk bernafas. Suara nafas yang mungkin  didapatkan antara lain crackless, ronchi, wheezing, stridor, penurunan suara nafas. Sekret bisa mengalami meningkat, purulent. 
B.    Kesadaran
Kebingungan, cemas, kurang istirahat.
C.   Cardiocvaskuler dan sirkulasi
Pucat, cyanosis, diaphoresis, hipotensi, bradycardi, tachycardi, arrytmia pada atrial maupun ventrikular, penurunan cardiac out put, shock.
D.   Pemeriksaan penunjang
Analisa gas darah (didapatkan hypoksemia, acidosis, peningkatan atau penurunan CO2). Fungsi pernafasan (penurunan VC, peningkatan volume tidal). ECG (mungkin ditunjukkan adanya arrytmia).
E.   Pemeriksaan diagnostic
ü  Rontgen dada
Suatu foto rontgen dada dapat menunjukan suatu massa atau rongga, mencari tahu densitas paru, atelektasis, dan infeksi
Sitologi sputum
Dapat dilakukan melalui batuk atau bilas salin untuk mengetahui sel-sel maligna.
ü  Bronkhoskopi
            Memberikan pemeriksaan rinci sekmen bronhkial dan membantu dalam mengidentifikasi sumber sel-sel maligna serta kemungkinan keluasan dari pembedahan yang diperkirakan

2 . Diagnosa keperawatan
a.    Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
b.    Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
c.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.
d.   Kecemasan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk bernafas.

3.    Perencanaan keperawatan ( intervensi keperawatan )
a.    DX I
Tujuan:
Pasien menunjukkan kemampuan untuk bernafas secara efektif.
Rencana tindakan:
-   Jelaskan pada klien tentang pentingnya beristirahat dengan posisi setengah duduk.
R/ Posisi semi fowler meningkatkan kapasitas paru dengan adanya gaya gravitasi yang menarik diafragma ke arah bawah.
-   Kaji suara nafas.
R/ Stridor menunjukkan adanya penyumbatan pada daerah pernafasan terutama trakhea.
-   Kaji tekanan darah, nadi, kesadaran dan respon klien.
R/ Penurunan respon klien dan kesadaran menggambarkan adanya penurunan suplai O2 pada daerah otak.
-   Kolaborasi dalam pemasangan ET Tube, pemberian oksigen.
R/ ET tube membantu klien dalam menciptakan jalan nafas, suplai oksigen yang adequat membantu proses metabolisme dalam tubuh.
-   Observasi kemampuan klien dalam bernafas, irama, kedalaman dan frekwensi.
R/ Perubahan irama, kedalaman dan frekwensi nafas merupakan hal yang perlu diwaspadai untuk melakukan tindakan selanjutnya.
b.    DX II
Tujuan:
Klien mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Rencana tindakan:
-   Jelaskan pada klien dan keluarga tentang beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan sekret.
R/ Pengetahuan keluarga dan klien tentang cara-cara mengeluarkan sekret memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
-   Anjurkan klien untuk banyak minum air yang hangat.
R/ Pengenceran sekret mempermudah pengeluaran sekret pada jalan nafas.
-   Ajarkan pada klien tentang tehnik batuk efektif.
R/ Batuk efektif dengan tehnik yang benar membantu mengeluarkan sekret secara adequat.
-   Kolaborasi dalam pemberian obat-obat seperti mukolitik agent.
R/ Sekret yang encer akan lebih mudah untuk dikeluarkan.
-   Observasi suara nafas.
R/ Crackless menunjukkan adanya penumpukkan di jalan nafas.
c.    DX III
Tujuan:
Klien menunjukkan peningkatan kemampuan pertukaran gas dengan parameter hasil pemeriksaan gas darah dalam batas normal.
Rencana tindakan:
-   Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan gas darah.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
-   Anjurkan pada klien untuk mengurangi aktivitas.
R/ Kebutuhan oksigen dapat dikurangi dengan penurunan metabolisme tubuh.
-   Kolaborasi dalam pemberian oksigen dan pemeriksaan analisa gas darah.
R/ Pemberian oksigen mengurangi usaha pernafasan yang tidak efektif.
-   Observasi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran.
R/ Perubahan kesadaran menunjukkan penurunan suplai oksigen ke jaringan otak.
d.   DX IV
Tujuan:
Klien menunjukkan penurunan kecemasan.
Rencana tindakan:
-   Jelaskan pada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan untum mengurangi kecemasan.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan perawatan.
-   Anjurkan pada klien untuk nafas panjang.
R/ Pengendoran otot menciptakan relaksasi sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan.
-   Observasi tingkat kecemasan klien.
R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien dan penentuan tindakan selanjutnya.




BAB III
PENUTUP

A.        KESIMPULAN
                        Kanker paru yang diderita seseorang bisa bersifat benigna atau maligna. Tumor paru terjadi sering kali karena aliran darah yang membawa sel-sel kanker yang bebas dari kanker primer dimana saja didalam tubuh ke paru. Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat di diagnosis. Beragam faktor telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru-paru :
                        Asap tembakau, perokok pasif, polusi udara, radon, masukan vitamin A, PPOM, dan tuberkolosis. Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, nyeri dada, sesak, kelemahan, anoreksia, penueunan berat badan dan anemia. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan.


B.        SARAN
            Melihat tingginya persentase kanker paru, sangat disarankan terhadap masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatannya, terutama bagi perokok. Selain itu sebaiknya masyarakat lebih peka terhadap tanda dan gejala-gejala yang timbul sehingga tahap pengobatan lebih efektif untuk ditangani.
 


DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
 Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Stark, John E, dkk. 1990. Manual Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC



WuLand


White @_@





ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG                                             
            Definisi pneumonia ataupun pneumonitis merupakan proses peradangan pada partenkim paru-paru, yang biassanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli. Istilah pneumonia lebih baik digunakan dari pada pneumonitis karena sering digunakan untuk menyatakan peradangan pada paru-paru non spesifik yang etiologinya tidak diketahui. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas yang banyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir diseluruh dunia. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Pneumonia sering kali oada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu. Klien bedah, peminum alkohol, dan penderita penyakit pernafasan kronik atau infeksi virus juga sangat mudah terserang penyakit ini.

B. RUMUSAN MAKALAH
  1. Apa pengertian dari pneumonia ?
  2. Apa saja etiologi dari pneumonia ?
  3. Bagaimana patofisiologi dari pneumonia ?
  4. Apa saja tanda dan gejala dari pneumonia ?
  5. Tes diagnostik apa saja yang dilakukan untuk mengetahui pneumonia ?
  6. Bagaimana penatalaksaan medis dari pneumonia ?
  7. Bagaimana asuhan keperawatan dari pneumonia ?

C. TUJUAN
  1. Menjabarkan pengertian pneumonia .
  2. Memaparkan etiologi pneumonia .
  3. Menjelaskan patofisiologi pneumonia .
  4. Menjelaskan tanda dan gejala pneumonia .
  5. Menerangkan tes diagnostik yang dilakukan untuk mengetahui pneumonia .
  6. Menjelaskan penatalaksanaan medis untuk pneumonia .
  7. Menerangkan asuhan keperawatan pneumonia .


BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN
  • Pneumonia merupakan inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan.
  • Pneumonia atau pneumonitis merupakan proses peradangan pada parenkim paru-paru, biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli.
  • Pneumonia merupakan proses inflamatori parenkim paru yang biasanya disebabkan oleh agen infeksius.

B. ETIOLOGI
            Penyebab pneumonia adalah:
·         Bakteri:
a.       Bakteri garam positif (streptococcus pneumoniae/ pneumococcal pneumonia, staphylococcus aureus)
b.      Bakteri gram negatif (haemophilus influenzae, pseudomonas aeruginosa, kleibsiella pneumoniae, dan anaerobik bakteria)
c.       Atypikal bacteria (legionella pneumophia dan mycoplasma pneumonia)
  • Virus:
a.       Virus influenza
b.      Parainfluenza
c.       Adenovirus
·         Jamur:
a.      Kandidiasis
b.      Histoplasmosis
c.      Kriptokokkis
·         Protozoa:
a.       Pneumokistis karinii pneumonia



Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah:
a.       Merokok
b.      Polusi udara
c.       Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
d.      Gangguan kesadaran (alkohol, overdosis obat, anestesi umum)
e.       Intubasi trakea
f.       Imoblisasi lama
g.      Terapi imunosupresif (kortikosteroid, kemoterapi)
h.      Tidak berfungsinya sistem imun (AIDS)
i.        Sakit gigi

C. PATOFISIOLOGI
            Agen penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernafasan bawah. Kemudian timbul reaksi peradangan pada dinding bronkhus. Sel menjadi radang berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan atelektasis.
Penyebab pneumonia
(bakteri, virus, mikoplasma, jamur, protozoa) ->- inhalasi - aliran darah -> reaksi radang pada dinding
-> bronkus -> masuk ke paru-paru -> atelektasis




D. TANDA DAN GEJALA
            Apabila menemukan klien dengan pneumonia, maka gejala-gejala yang dapat ditemui pada klien secara umum adalah klien demam, berkeringat, batuk dengan sputum yang produktif. Klien mengeluh sesak nafas, sakit kepala, lelah dan nyeri pada dada. Pada pemeriksaan auskultasi ditemui adanya ronchi dan dullness pada perkusi dada.

E. TES DIAGNOSTIK
            Untuk menegakan diagnosa penyakit pneumonia, maka disamping hasil anamnesa dari klien tes diagnostic yang sering dilakukan adalah:
1.      pemeriksaan rontgen: dapat terlihat infiltrasi pada parenkim paru.
2.      laboratorium:
·         AGD: dapat terjadi asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2
·         DPL: biasanya terjadi leukositosis, Laju Endap Darah (LED) meningkat
·         Elektrolit: natrium dan klorida dapat menurun
·         Bilirubin: dapat meningkat
·         Kultur sputum: terdapat mikroorganisme
·         Kultur darah: bakterimia sementara
 3.   fungsi paru: volume dapat menurun

            Komplikasi:
  1. Empiema
  2. Empisema
  3. atelektasis
  4. Otitis Media Akut (OMA)
  5. Meningitis

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
  1. Pemberian antibiotic seperti: penicillin, cephalosporin
  2. Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
  3. Pemberian O2
  4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi


G. ASUHAN KEPERAWATAN
  1. Pengkajian
Fokus pengkajian pada klien dengan pneumonia adalah:
Data Subjektif:
            Klien mengatakan: “lelah, lemah, insomnia, sakit kepala, nyeri dada (terutama saat batuk), sesak nafas, nafsu makan berkurang, mual, muntah, mempunyai riwayat ISK/ PPOM dan merokok serta terdapat riwayat gangguan system imun.

Data Objektif:
            Klien terlihat pucat, demam, berkeringat, menggigil, tampak menahan nyeri, sputum: merah muda, berkarat atau purulen, takikardia, adanya distensi abdomen, bising, usus hiperaktif, kulit kering, turgor kulit buruk.

  1. Diagnosa Keperawatan
a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi trakeabronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik, oenurunan energi, kelemahan
b.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
c.       Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d demam dan dipsnea
d.      Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum
e.       Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap
f.       Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi

  1. Intervensi
Dx. 1:Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi trakeabronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan
Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif
KH: TTV normal, sekret (-), bunyi nafas vasikuler, refleks batuk (+)
Intervensi:
Mandiri:
Ø  Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dengan gerakan dada
R:takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru
Ø  Auskultasi area paru, catat area penurunan/ tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventinus, mis: krekels, mengi
R:Krekels dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan nafas/obstruksi
Ø  Bantu klien latihan nafas dalam. Tunjukan / bantu klien mempelajari atau melakukan batuk efektif.
R:Nafas dalam memudahkan ekspansi paru- paru atau jalan nafas lebih kecil.Batuk membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten
Ø  Penghisapan sesuai indikasi
R:Merangsang batuk atau membersihkan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tidak efektif atau penurunan tingkat kesadaran
Ø  Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari (kecuali kontra indikasi). Tawarkan air hangat
R:cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan membantu mengeluarkan sekret

            Kolaborasi:
Ø  Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain.misalnya: spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, drainase postural. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.
R:Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Drainase postural tidak efektif pada pneumonia intersisial atau menyebabkan eksudat alveolar/ kerusakan. Koordinasi pengobatan atau jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, mengeluarkan sputum.
Ø  Berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik
R:Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan melakukan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat menurunkan upaya batuk/ menekan pernafasan.
Ø  Berikan cairan tambahan: IV, oksigen humidifikasi, dan ruangan humidifikasi
R:Cairan digunakan untuk menggantikan kehilangan (termasuk yang tak tampak) dan memobilisasikan sekret
Ø  Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri
R:Mengevaluasi kemajuan dan evek proses penyakit dan memudahkan pilihan treapi yang diperlukan
Ø  Bantu bronkoskopi/ torasentesis bila diindikasikan
R:Kadang-kadang diperlukan untuk membuang perlengketan mukosa, mengeluarkan sekresi purulen, dan mencegah atelektasis

Dx. 2: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan: Kebutuhan nutrisi teratasi
KH: adanya peningkatan nafsu makan, tidak mual dan muntah, BB bertambah
Intervensi:
Mandiri:
Ø  Identivikasi faktor yang menyebabkan mual, muntah. Misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, dipsnea berat, nyeri.
R:Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
Ø  Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan/ bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
R:Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
Ø  Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya satu jam sebelum makan
R:Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini
Ø  Auskultasi bising usus. Observasi/ palpasi distensi abdomen
R: Bunyi usus mungkkin menurun/ tidak ada bila infeksi berat/ memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara ataumenunjukan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI
Ø  Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang atau kreakers) dan atau makanan yang menarik untuk klien
R:Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali
Ø  Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar
R:Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulakn malnutrisi, rendahnya tekanan terhadap infeksi, dan atau lambatnya respon terhadap terapi

Dx. 3: Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d demam dan dipsnea
Tujuan: Mencapai keseimbangan cairan yang adekuat
KH: membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, TTV stabil
Intervensi:
Mandiri:
Ø  Kaji perubahan TTV
R:Membantu dalam pengkajian keseimbangan cairan
Ø  Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa
R:Indikator langsung keadekuatan volume cairan
Ø  Catat laporan mual atau muntah
R:Adanya gejala ni menurunkan masukan oral
Ø  Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine,. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tampak. Ukur BB sesuai indikasi
R:Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti
Ø  Tekankan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari atau sesuai kondisi individual
R:Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi

            Kolaborasi:
Ø  Beri obat sesuai indikasi, misalnya: antipiretik dan antiemetik
R:Berguna menurunkan kehilangan cairan
Ø  Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
R:Pada adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat memperbaiki/ mencegah kekurangan

Dx. 4: Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum
            Tujuan: Intoleransi aktivitas teratasi
KH: Klien dapat beraktivitas sesuai kemampuan, kelelahan tidak terjadi, tidak ada pucat
            Intervensi:
            Mandiri:
Ø  Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Catat laporan dipsnea, peningkatan kelemahan, dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
R:Menetapkan kemampuan atau kebutuhan klien dan memudahkan pilihan intervensi
Ø  Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan menejemen stress dan pengalihan yang tepat
R:Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
Ø  Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
R:Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon klien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan
Ø  Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur
R:Klien mungkin nyaman dengan kepala tinggi
Ø  Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
R:Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan supali dan kebutuhan oksigen

Dx. 5: Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap
Tujuan: Nyeri hilang atau terkontrol
KH:klien rileks, klien istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan tepat
Intervensi:
Mandiri:
Ø  Tentukan karakteristik nyeri, missal: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri
R:Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis
Ø  Pantau TTV
R:Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa klien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat
Ø  Perikan tindakan nyaman, misal: pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang atau perbincangan, relaksasi atau latihan nafas dalam
R:Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik
Ø  Tawarkan pembersihan mulut dengan sering
R:Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyaman umum
Ø  Anjurkan dan bantu klien dalam teknik menekan dada selama episode batuk
R:Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk

            Kolaborasi:
Ø  Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi
R:Digunakan untuk menekan batuk non produktif/ peroksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/ istirahat umum

Dx. 6:  Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
Tujuan: Mendapatkan pengetahuan tentang protocol pengobatan dan aspek-aspek preventif
KH: Menyatakan paham kondisi klien, proses penyakit, dan pengobatan
Intervensi:
Mandiri:
Ø  Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi
R:Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting menghubungkannya dengan program pengobatan
Ø  Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan. Identivikasi perawatan dini dan kebutuhan/ sumber pemeliharaan rumah
R:Informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan mungkin lambat untuk membaik, kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama periode yang panjang. Faktor ini dapat berhubungan dengan depresi dan kebutuhan untuk berbagai bentuk dukungan dan bantuan
Ø  Berikan informasi dalam bentuk tertulis atau verbal
R:Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi/ mengikuti program medik
Ø  Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif/ latihan pernafasan
R:Selama awal 6-8 menggu setelah pulang, klien beresiko besar untuk kambuh dari pneumonia
Ø  Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotic selama periode yang dianjurkan
R:Penghentian dini antibiotic dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus dan menghambat makrophag alveolar, mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi
Ø  Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan vaksinasi dengan tepat
R:dapat mencegah kambuhnya pneumonia dan atau komplikasi yang berhubungan
Ø  Identivikasi tanda/ gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan misalnya: peningkatan dipsnea, nyeri dada, kelemahan memanjang, kehilangan berat badan, demam/ menggigil, menetapnya batuk produktif, perubahan mental
R:Upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah atau meminimalkan komplikasi

      4.   EVALUASI
            Evaluasi keperawatan didasarkan pada hasil yang dicapai, hal ini meliputi:
a.       Bersihan jalan nafas efektif
b.      Kekurangan nutrisi tidak terjadi
c.       Kekurangan cairan tidak terjadi
d.      Intoleransi aktivitas teratasi
e.       Nyeri teratasi
f.       Kurang pengetahuan tidak ada



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pneumonia merupakan inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan.
Penyebab pneumonia adalah:
·         Bakteri:
  • Virus:
·         Jamur:
·         Protozoa
Agen penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernafasan bawah. Kemudian timbul reaksi peradangan pada dinding bronkhus. Sel menjadi radang berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan atelektasis.
Apabila menemukan klien dengan pneumonia, maka gejala-gejala yang dapat ditemui pada klien secara umum adalah klien demam, berkeringat, batuk dengan sputum yang produktif. Klien mengeluh sesak nafas, sakit kepala, lelah dan nyeri pada dada. Pada pemeriksaan auskultasi ditemui adanya ronchi dan dullness pada perkusi dada.
Komplikasi: Empiema, Empisema, atelektasis, Otitis Media Akut (OMA), Meningitis
Diagnosa Keperawatan
a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi trakeabronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik, oenurunan energi, kelemahan
b.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
c.       Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d demam dan dipsnea
d.      Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum
e.       Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap
f.    Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi


DAFTAR PUSTAKA
Doengus, marilynn E.,dkk. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 . 2002. Jakarta:EGC