BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Definisi pneumonia
ataupun pneumonitis merupakan proses peradangan pada partenkim paru-paru, yang
biassanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli. Istilah
pneumonia lebih baik digunakan dari pada pneumonitis karena sering digunakan
untuk menyatakan peradangan pada paru-paru non spesifik yang etiologinya tidak diketahui. Penyakit ini
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas yang banyak didapatkan dan
sering merupakan penyebab kematian hampir diseluruh dunia. Bayi dan anak kecil
lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum
berkembang dengan baik. Pneumonia sering kali oada orang tua dan orang yang
lemah akibat penyakit kronik tertentu. Klien bedah, peminum alkohol, dan
penderita penyakit pernafasan kronik atau infeksi virus juga sangat mudah
terserang penyakit ini.
B. RUMUSAN MAKALAH
- Apa pengertian dari pneumonia ?
- Apa saja etiologi dari pneumonia ?
- Bagaimana patofisiologi dari pneumonia ?
- Apa saja tanda dan gejala dari pneumonia ?
- Tes diagnostik apa saja yang dilakukan untuk
mengetahui pneumonia ?
- Bagaimana penatalaksaan medis dari pneumonia ?
- Bagaimana asuhan keperawatan dari pneumonia ?
C. TUJUAN
- Menjabarkan pengertian pneumonia .
- Memaparkan etiologi pneumonia .
- Menjelaskan patofisiologi pneumonia .
- Menjelaskan tanda dan gejala pneumonia .
- Menerangkan tes diagnostik yang dilakukan
untuk mengetahui pneumonia .
- Menjelaskan penatalaksanaan medis untuk
pneumonia .
- Menerangkan asuhan keperawatan pneumonia .
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
- Pneumonia
merupakan inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian
alveoli dengan cairan.
- Pneumonia
atau pneumonitis merupakan proses peradangan pada parenkim paru-paru,
biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli.
- Pneumonia
merupakan proses inflamatori parenkim paru yang biasanya disebabkan oleh
agen infeksius.
B. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia adalah:
·
Bakteri:
a. Bakteri garam positif (streptococcus
pneumoniae/ pneumococcal pneumonia, staphylococcus aureus)
b. Bakteri gram negatif (haemophilus
influenzae, pseudomonas aeruginosa, kleibsiella pneumoniae, dan anaerobik
bakteria)
c. Atypikal bacteria (legionella pneumophia
dan mycoplasma pneumonia)
- Virus:
a. Virus influenza
b. Parainfluenza
c. Adenovirus
·
Jamur:
a. Kandidiasis
b. Histoplasmosis
c. Kriptokokkis
·
Protozoa:
a. Pneumokistis karinii pneumonia
Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah:
a.
Merokok
b.
Polusi udara
c. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
d. Gangguan kesadaran (alkohol, overdosis
obat, anestesi umum)
e. Intubasi trakea
f. Imoblisasi lama
g. Terapi imunosupresif (kortikosteroid,
kemoterapi)
h.
Tidak berfungsinya sistem imun
(AIDS)
i.
Sakit gigi
C. PATOFISIOLOGI
Agen penyebab pneumonia masuk ke paru-paru
melalui inhalasi ataupun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan
akhirnya masuk ke saluran pernafasan bawah. Kemudian timbul reaksi peradangan
pada dinding bronkhus. Sel menjadi radang berisi eksudat dan sel epitel menjadi
rusak. Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan
atelektasis.
Penyebab pneumonia
(bakteri, virus, mikoplasma, jamur,
protozoa) ->- inhalasi - aliran darah -> reaksi radang pada dinding
-> bronkus -> masuk ke paru-paru -> atelektasis
-> bronkus -> masuk ke paru-paru -> atelektasis
D. TANDA DAN GEJALA
Apabila
menemukan klien dengan pneumonia, maka gejala-gejala yang dapat ditemui pada
klien secara umum adalah klien demam, berkeringat, batuk dengan sputum yang
produktif. Klien mengeluh sesak nafas, sakit kepala, lelah dan nyeri pada dada.
Pada pemeriksaan auskultasi ditemui adanya ronchi dan dullness pada perkusi
dada.
E. TES DIAGNOSTIK
Untuk
menegakan diagnosa penyakit pneumonia, maka disamping hasil anamnesa dari klien
tes diagnostic yang sering dilakukan adalah:
1. pemeriksaan rontgen: dapat terlihat
infiltrasi pada parenkim paru.
2. laboratorium:
·
AGD: dapat terjadi asidosis
metabolik dengan atau tanpa retensi CO2
·
DPL: biasanya terjadi
leukositosis, Laju Endap Darah (LED) meningkat
·
Elektrolit: natrium dan klorida
dapat menurun
·
Bilirubin: dapat meningkat
·
Kultur sputum: terdapat
mikroorganisme
·
Kultur darah: bakterimia
sementara
3.
fungsi paru: volume dapat menurun
Komplikasi:
- Empiema
- Empisema
- atelektasis
- Otitis Media Akut (OMA)
- Meningitis
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
- Pemberian antibiotic seperti: penicillin, cephalosporin
- Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
- Pemberian O2
- Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
G. ASUHAN KEPERAWATAN
- Pengkajian
Fokus pengkajian pada klien dengan pneumonia adalah:
Data Subjektif:
Klien
mengatakan: “lelah, lemah, insomnia, sakit kepala, nyeri dada (terutama saat
batuk), sesak nafas, nafsu makan berkurang, mual, muntah, mempunyai riwayat
ISK/ PPOM dan merokok serta terdapat riwayat gangguan system imun.
Data Objektif:
Klien
terlihat pucat, demam, berkeringat, menggigil, tampak menahan nyeri, sputum:
merah muda, berkarat atau purulen, takikardia, adanya distensi abdomen, bising,
usus hiperaktif, kulit kering, turgor kulit buruk.
- Diagnosa Keperawatan
a.
Bersihan jalan nafas tidak
efektif b.d inflamasi trakeabronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi
sputum, nyeri pleuritik, oenurunan energi, kelemahan
b.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia
c.
Resiko tinggi kekurangan volume
cairan b.d demam dan dipsnea
d.
Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum
e. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi
parenkim paru, batuk menetap
f.
Kurang pengetahuan b.d
kurangnya informasi
- Intervensi
Dx. 1:Bersihan jalan nafas tidak efektif
b.d inflamasi trakeabronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum,
nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan
Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif
KH: TTV normal, sekret (-), bunyi nafas vasikuler, refleks batuk (+)
Intervensi:
Mandiri:
Ø Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dengan gerakan dada
R:takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan
dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada
dan atau cairan paru
Ø Auskultasi area paru, catat area penurunan/ tidak ada aliran udara
dan bunyi nafas adventinus, mis: krekels, mengi
R:Krekels dan mengi terdengar pada inspirasi
dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan
spasme jalan nafas/obstruksi
Ø Bantu klien latihan nafas dalam. Tunjukan / bantu klien mempelajari
atau melakukan batuk efektif.
R:Nafas dalam memudahkan ekspansi paru-
paru atau jalan nafas lebih kecil.Batuk membantu silia untuk mempertahankan
jalan nafas paten
Ø Penghisapan sesuai indikasi
R:Merangsang batuk atau membersihkan
jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk
tidak efektif atau penurunan tingkat kesadaran
Ø Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari
(kecuali kontra indikasi). Tawarkan air hangat
R:cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan membantu mengeluarkan sekret
Kolaborasi:
Ø Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi
lain.misalnya: spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, drainase
postural. Lakukan tindakan
diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.
R:Memudahkan pengenceran dan pembuangan
sekret. Drainase postural tidak efektif pada pneumonia intersisial atau
menyebabkan eksudat alveolar/ kerusakan. Koordinasi pengobatan atau jadwal dan
masukan oral menurunkan muntah karena batuk, mengeluarkan sputum.
Ø Berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesik
R:Alat untuk menurunkan spasme bronkus
dengan melakukan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk
dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati
karena dapat menurunkan upaya batuk/ menekan pernafasan.
Ø Berikan cairan tambahan: IV, oksigen humidifikasi, dan ruangan
humidifikasi
R:Cairan digunakan untuk menggantikan
kehilangan (termasuk yang tak tampak) dan memobilisasikan sekret
Ø Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi
oksimetri
R:Mengevaluasi kemajuan dan evek proses
penyakit dan memudahkan pilihan treapi yang diperlukan
Ø Bantu bronkoskopi/ torasentesis bila diindikasikan
R:Kadang-kadang diperlukan untuk
membuang perlengketan mukosa, mengeluarkan sekresi purulen, dan mencegah
atelektasis
Dx. 2: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan: Kebutuhan
nutrisi teratasi
KH: adanya peningkatan nafsu makan, tidak mual dan muntah, BB
bertambah
Intervensi:
Mandiri:
Ø Identivikasi faktor yang menyebabkan mual, muntah. Misalnya: sputum banyak, pengobatan
aerosol, dipsnea berat, nyeri.
R:Pilihan intervensi
tergantung pada penyebab masalah
Ø Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan/
bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase
postural, dan sebelum makan.
R:Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau
dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
Ø Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya satu jam sebelum makan
R:Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini
Ø Auskultasi bising usus. Observasi/ palpasi
distensi abdomen
R: Bunyi usus mungkkin menurun/ tidak ada bila infeksi berat/ memanjang.
Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara ataumenunjukan pengaruh
toksin bakteri pada saluran GI
Ø Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang atau kreakers) dan atau makanan yang menarik untuk klien
R:Tindakan ini dapat meningkatkan
masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali
Ø Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar
R:Adanya kondisi kronis (seperti PPOM
atau alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulakn malnutrisi,
rendahnya tekanan terhadap infeksi, dan atau lambatnya respon terhadap terapi
Dx. 3: Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d demam dan dipsnea
Tujuan: Mencapai keseimbangan cairan yang adekuat
KH: membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler
cepat, TTV stabil
Intervensi:
Mandiri:
Ø Kaji perubahan TTV
R:Membantu dalam pengkajian keseimbangan cairan
Ø Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa
R:Indikator langsung keadekuatan volume cairan
Ø Catat laporan mual atau muntah
R:Adanya gejala ni menurunkan masukan oral
Ø Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine,. Hitung
keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tampak. Ukur BB sesuai indikasi
R:Memberikan informasi tentang
keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti
Ø Tekankan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari
atau sesuai kondisi individual
R:Pemenuhan kebutuhan
dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi
Kolaborasi:
Ø Beri obat sesuai indikasi, misalnya:
antipiretik dan antiemetik
R:Berguna menurunkan
kehilangan cairan
Ø Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
R:Pada adanya penurunan masukan/ banyak
kehilangan, penggunaan parenteral dapat memperbaiki/ mencegah kekurangan
Dx. 4: Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan umum
Tujuan: Intoleransi aktivitas teratasi
KH: Klien dapat beraktivitas sesuai
kemampuan, kelelahan tidak terjadi, tidak ada pucat
Intervensi:
Mandiri:
Ø Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Catat laporan dipsnea,
peningkatan kelemahan, dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
R:Menetapkan kemampuan atau kebutuhan
klien dan memudahkan pilihan intervensi
Ø Berikan lingkungan tenang dan batasi
pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan menejemen stress
dan pengalihan yang tepat
R:Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
Ø Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat
R:Tirah baring dipertahankan selama fase
akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon klien terhadap aktivitas dan
perbaikan kegagalan pernafasan
Ø Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur
R:Klien mungkin nyaman dengan kepala tinggi
Ø Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
R:Meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan supali dan kebutuhan oksigen
Dx. 5: Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk
menetap
Tujuan: Nyeri hilang atau terkontrol
KH:klien rileks, klien istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan
tepat
Intervensi:
Mandiri:
Ø Tentukan karakteristik nyeri, missal: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan
karakter/lokasi/intensitas nyeri
R:Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat
timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis
Ø Pantau TTV
R:Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa klien mengalami
nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat
Ø Perikan tindakan nyaman, misal: pijatan
punggung, perubahan posisi, musik tenang atau perbincangan, relaksasi atau
latihan nafas dalam
R:Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik
Ø Tawarkan pembersihan mulut dengan sering
R:Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan
membran mukosa, potensial ketidaknyaman umum
Ø Anjurkan dan bantu klien dalam teknik menekan dada selama episode
batuk
R:Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan
dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk
Kolaborasi:
Ø Berikan analgesik dan antitusif sesuai
indikasi
R:Digunakan untuk menekan batuk non produktif/ peroksimal atau menurunkan
mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/ istirahat umum
Dx. 6: Kurang pengetahuan b.d
kurangnya informasi
Tujuan: Mendapatkan pengetahuan tentang
protocol pengobatan dan aspek-aspek preventif
KH: Menyatakan paham kondisi klien, proses penyakit, dan pengobatan
Intervensi:
Mandiri:
Ø Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi
R:Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting menghubungkannya
dengan program pengobatan
Ø Diskusikan aspek ketidakmampuan dari
penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan. Identivikasi perawatan
dini dan kebutuhan/ sumber pemeliharaan rumah
R:Informasi dapat meningkatkan koping
dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan
mungkin lambat untuk membaik, kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama
periode yang panjang. Faktor ini dapat berhubungan dengan depresi dan kebutuhan
untuk berbagai bentuk dukungan dan bantuan
Ø Berikan informasi dalam bentuk tertulis atau verbal
R:Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi
informasi/ mengikuti program medik
Ø Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif/ latihan pernafasan
R:Selama awal 6-8 menggu setelah pulang,
klien beresiko besar untuk kambuh dari pneumonia
Ø Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotic selama periode yang
dianjurkan
R:Penghentian dini antibiotic dapat
mengakibatkan iritasi mukosa bronkus dan menghambat makrophag alveolar,
mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi
Ø Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan vaksinasi dengan
tepat
R:dapat mencegah kambuhnya pneumonia dan
atau komplikasi yang berhubungan
Ø Identivikasi tanda/ gejala yang memerlukan pelaporan pemberi
perawatan kesehatan misalnya: peningkatan dipsnea, nyeri dada, kelemahan
memanjang, kehilangan berat badan, demam/ menggigil, menetapnya batuk
produktif, perubahan mental
R:Upaya evaluasi dan intervensi tepat
waktu dapat mencegah atau meminimalkan komplikasi
4. EVALUASI
Evaluasi
keperawatan didasarkan pada hasil yang dicapai, hal ini meliputi:
a.
Bersihan jalan nafas efektif
b.
Kekurangan nutrisi tidak
terjadi
c.
Kekurangan cairan tidak terjadi
d.
Intoleransi aktivitas teratasi
e.
Nyeri teratasi
f.
Kurang pengetahuan tidak ada
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pneumonia merupakan inflamasi parenkim paru, biasanya
berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan.
Penyebab
pneumonia adalah:
·
Bakteri:
- Virus:
·
Jamur:
·
Protozoa
Agen penyebab pneumonia masuk
ke paru-paru melalui inhalasi ataupun aliran darah. Diawali dari saluran
pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernafasan bawah. Kemudian timbul
reaksi peradangan pada dinding bronkhus. Sel menjadi radang berisi eksudat dan
sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga dapat
menyebabkan atelektasis.
Apabila menemukan klien dengan
pneumonia, maka gejala-gejala yang dapat ditemui pada klien secara umum adalah
klien demam, berkeringat, batuk dengan sputum yang produktif. Klien mengeluh
sesak nafas, sakit kepala, lelah dan nyeri pada dada. Pada pemeriksaan
auskultasi ditemui adanya ronchi dan dullness pada perkusi dada.
Komplikasi: Empiema,
Empisema, atelektasis, Otitis Media Akut (OMA), Meningitis
Diagnosa Keperawatan
a.
Bersihan jalan nafas tidak
efektif b.d inflamasi trakeabronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi
sputum, nyeri pleuritik, oenurunan energi, kelemahan
b.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia
c.
Resiko tinggi kekurangan volume
cairan b.d demam dan dipsnea
d.
Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum
e. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi
parenkim paru, batuk menetap
f. Kurang
pengetahuan b.d kurangnya informasi
DAFTAR
PUSTAKA
Doengus, marilynn E.,dkk. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3 . 2002. Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar