BAB
II
ISI
A. Pengertian
Leukimia
penyakit ini merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukimia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya
kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada sumsum tulang. Penyakit ini
sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja
aktif membuat sel-sel darah tepi yang di hasilkan adalah seldarah yang tidak
normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah yang normal.
Leukimia
adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi sel
hemopoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam
pembentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain. (
Kapita Selekta kedokteran, 2000 )
Leukimia
merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang abnormal dan
ganas serta disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia
trombositopenia.
Leukemia
merupakan bentuk kanker yang paling umum pada masa kanak-kanak; di amerika
serikat, hampir mencapai sepertiga dari 7.000 kasus baru kanker anak setiap
tahunnya. Jenis leukemianya sama dengan dewasa, kecuali leukemia limfositik
kronik,yang amat jarang pada anak-anak. 76%merupakan leukemia limfositik akut,
sisanya berupa leukemia nonlimfositik akut, sisanya berupa leukemia
nonlimfositik akut dan leukemia mielositik kronik,masing-masing 21% dan 3%.
Leukemia nonlimfositik kronik lebih umum di temukan pada orang dewasa.
(
Perawatan anak sakit edisi II 2005 )
A. Etiologi
1. Faktor
genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen.
2. Radiasi
3. Obat-obat
imunosupresif, obat-obat karsinogenik seperti diethylstilbetrol
4. Faktor
herediter, misalnya pada kembaran monozigot
5. Kelainan
kromosom misalnya pada down sydrome
B.
Proses
penyakit
-
Normal nya tulang marrow diganti dengan
tumor yang maligna, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi
eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositopenia
-
Sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi.
-
Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya
bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit,
eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
-
Adanya infiltrasi pada ekstra medular
akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe dan nodus limfe dan nyeri
persendian.
C. Manifestasi klinik
1. Pilek
tidak sembuh-sembuh
2. Pucat,
lesu, mudah terstimulasi
3. Demam
dan anorexia berat badan menurun
4. Ptechiae,
memar tanpa sebab
5. Nyeri
pada tulang dan persendian
6. Nyeri
abdomen
7. Lymphadenopahty
8. Hepatosplenomegaly
9. Abnormal
WBC
Klasifikasi :
1.
Leukemia
limfosit akut (LLA)
LLA subtype merupakan 60% dari bentuk
leukemia anak dengan insidens puncak pada usia 3-4 tahun. LLA lebih banyak
ditemui pada anak laki-laki disbanding anak perempuan. Laporan laporan tentang
leukemia akut berkelompok pada anak menimbulkan dugaan adanya pengaruh beberapa
faktor lingkungan umum, seperti agen infeksi atau karsinogen kimiawai, tetapi
analisis statistic yang teliti belum dapat mendukung dugaan ini.
Ciri-ciri sitokimia untuk indentifikasi sel-sel
blasn LLA adalah tidak adanya granula-granula yang positif dengan peroksidase
atau sudan B hitam didalam sitoplasma, dan seringkali menampakkan gumpalan
materi yang positif, limfoblas tersebut juga bereaksi negatif dengan esterase
nenspesifik.
Manifestasi klinis Anak- anak dengan LLA
umumnya memperlihatkan gambaran yang agak konsisten. Sekitar dua pertiga telah
memperlihat kan gejala dan tanda selama kurang dari 6 minggu pada saat
diagnosis ditegakkan,gejala pertama biasanya tidak khas; dapat memunyai riwayat
infeksi saluran napas akibat virus atau suatu eksentama yang belum sembuh
sempurna. Manifestasi awal yang lazim adalah anoreaksia , iritabilitas dan
alergi. Kegagalan fungsi sum-sum tulang
yang progresif menimbulkan keadaan pucat, perdarahan dan demam yaitu
gambaran-gambaran yang mendesak dilakukannya pemeriksaan diagnostic.
2.
Leukemia Non-Limfositik Akut (LNLA)
Bentuk leukemia ini ditemukan pada
sekitar 20% penderita. Frekuensinya hampir sama pada tiap kelompok umur dan
sebanding pula pada anak laki-laki dan perempuan. LNLA karakteristik pada
beberapa kondisi yang merupakan predisposisinya, yaitu anemia fanconi dan
sindroma bloom dimana terdapat kerusakan kromosom yang berat.
Pembedaan berdasarkan ciri-ciri morfologi
sel dengan pewarnaan wright pada sediaan apus darah dan sumsum tulang. Derajat
kemiripan sel predominan dengan sel normal menentukan pembagian tipe. Bentuk
yang paling umum adalah populasi sel
leukemik yang menyerupai mieloblas atau mielomonoblas.proporsi kedua
jenis sel tersebut membedakannya menjadi dua tipe leukemia yang menyusun sekitar
90% dari seluruh LNLA. Meskipun berbeda secara sitologik,tampilan klinis dan
respons terapi dari tipe-tipe subgroup ini hampir sama dengan satu kekecualian:
subgroup dengan predominansi sel mirip promielosit mempunyai risiko
gejala-gejala perdarahan akibat koagulasi intravascular tersebar yang timbul
pada saat respons pengobatan dini. Subtype ini ditemukan sekitar 5% dari
penderita LNLA.
Manisfestasi klinis. Biasanya gejala dan tanda pada
penyakit ini tidak lama berlangsungnya (pada sekitar 50% penderita kurang dari
6 minggu) hingga saat diagnose ditegakan . namun pada beberapa, riwayat tanda
dan gejala memberikan petunjuk bahwa
mungkin awitanya telah berlangsung selama lebih dari 12 bulan sebelum
tampilan yang nyata; pada pasien demikian , keluhan biasanya bersifat kelelahan dan infeksi berulang.
Gejala dan tanda lainya yang mangkin hebat dalam 2 minggu sebelum didiagnosis
dapat berupa pucat, demam, perdarahan aktif, nyeri tulang, distress,
gastrointestinal, atau infeksi berat.
3.
Leukemia
Molistik Kronik ( LMK )
Bentuk
leukemia ini hanya merupakan 3% kasus pada anak-anak. Ada dua tipe dasar
leukemia mielositik kronik. Persamaan keduanya hanya pada ciri-ciri umum yaitu
peningkatan jumlah sel-sel myeloid yang berdiferensasi dalam darah. Pada bentuk
dewasa, kromosom ph1 ( Philadelphia ) yang patogonomik ditemukan secara
konsisten. Pada juvenile, sel leukemik dapat dengan berbagai pareasi kromosom
aneoploidi tetapi jarang ditemukan kromosom ph1. Bentuk dewasa LMK lasim
ditemukan pada anak-anak besar, namun kadang-kadang ditemukan pada bayi karena
itu pada pasien LMK harus dilakukan analisis kromosom untuk menentukan bentuk
spesifiknya.
LEUKEMIA
MIELOSITIK KRONIK JUVENIL
Pasien-pasein
ini mempunyai ruwam eksematosa, limpadenopati dan infeksi bakteri rekuren
karena itu dapat menyerupai penderita penyakit granulamatosa kronik. Pada saat
diagnosis penderita umumnya pucat dengan purpura serta pembesaran moderat hati
dan limpa.
LEOKEMIA
MELOLISTIK KRONIK FAMILIAL
Suatu
subgroup LMK merupakan penyakit pamilial. Umur saat awitan 6 bulan gingga 4
tahun dengan gambaran klinis kelelahan
yang meningkat hambatan pertumbuhan, hepatoplenomegali pasif. Temuan darah
mirip dengan LMK juvenin.
D. Komplikasi
1. Sepsis
2. Perdarahan
3. Gagal
organ
4. Iron
deficiency Anemia ( IDA )
5. Kematian
Pemeriksaan penunjang :
-
Pemeriksaan
darah tepi : terdapat leukosit yang imatur
-
Aspirasi
sumsum tulang ( BMP ) : hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda
-
Biopsy
sumsum tulang
-
Lumbal
punki untuk mengetahui apakah system saraf pusat terinfil-trasi
E. Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan medis
1.
Tranfusi darah, biasanya diberikan jika
kadar HB kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan
masif, dapat diberikan tranfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan Heparin.
2.
Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason
dan sebagainya). Setelah sicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit
dan akhirnya dihentikan.
3.
Sistostatika. Selain sitostatika yang
lama (6-markaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai juga yang baru dan lebih poten
seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama
obat lainnya. Umumnya sitaostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama
dengan prednison. Pada penberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping
berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi skunder atau
kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm pemberian harus
hati-hati.
4.
Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik
pasien dirawat yang suci hama)
5.
Imunoterapi, merupakan cara pengobatan
yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah,
imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam
pengembangan).
6.
Transplantasi sumsum tulang sebagai
terapi.
b.
Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah
pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain yang menderita
penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang
menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan
pisikososial harus diutamakan. Yang perlu dipersiapkan ruangan aseptik dan cara
bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak
hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat
peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya.
F. Konsep Tumbuh Kembang Anak
A.
Oleh Sigmund Freud
Tahap-Tahap
Perkembangan Psikoseksual
1.
Masa Oral (0 – 1 tahun)
Masa
oral merupakan tahap pertama perkembangan psikoseksual, yang mana bayi
memperoleh dan merasakan kepuasan melalui mulutnya
2.
Tahap Anal (1-3 tahun)
Pada
tahap ini libido terdistribusikan ke daerah anus. Anak akan mengalami
ketegangan ketika duburnya penuh dengan ampas makanan. Peristiwa buang air
besar yang dialami oleh anak merupakan proses pelepasan ketegangan dan
pencapaian kepuasan, rasa senang atau rasa nikmat yang mana peristiwa ini
disebut dengan erotic anal. Ketika sudah dapat mengontrol otot-otot dubur ini,
kadang-kadang mereka belajar untuk menahan gerakan perutnya, dengan maksud
untuk meningkatkan tekanan di dubur yang dapat menimbulkan kenikmatan saat fesesnya
terlepas.
3.
Tahap Phalik (3-5 tahun)
Pada
tahap ini anak mulai senang memainkan alat kelaminnya sendiri. Dimana sumber
kenikmatan berpindah ke daerah kelamin. Pada masa ini terjadi perkembangan
berbagai aspek psikologis, terutama yang terkait dengan perlakuan orang tua
kepada anak.
a.
Masa phalik pada anak laki-laki
Freud
percaya bahwa ibu adalah obyek untuk melakukan hubungan seks bagi anak
laki-laki pada masa ini. Oleh Freud ketertarikan anak laki-laki terhadap ibunya
ini disebut dengan Oedipus kompleks. Nama Oedipus diambil dari tokoh mitologi
Yunani kuno, yang nekat membunuh ayahnya sendiri kemudian mengawini ibunya.
b.
Masa phalik pada anak perempuan
Seperti
pada anak laki-laki, menurut Freud anak perempuan juga mengalami hal yang sama.
Anak perempuan juga mempunyai keinginan untuk melakukan hubungan seks dengan
ayahnya.
4. Masa Laten (6-12 tahun)
Setelah
melewati masa phalik, yang mana kenikmatan berpusat pada alat kelamin. Maka
perkembangan selanjutnya ialah masa laten. Masa ini disebut juga dengan masa
sekolah dasar. Karena masa-masa ini memang anak-anak mulai masuk sekolah.
Selama masa ini, anak mengembangkan kemampuannya melalui tugas-tugas sekolah,
bermain olah raga dan kegitan-kegitan lainnya yang dapat menigkatkan potensi
dirinya.
5. Masa Genital (12 > tahun)
Tahap
ini merupakan tahap yang terakhir, yang berlangsung pada masa pubertas sampai
masa dewasa. Tahap ini merupakan masa kebangkitan kembali dorongan seksual,
dimana sumber kesenangan seksual sekarang adalah orang yang berada di luar
keluaraga.Masa ini ditandai dengan matangnya organ reproduksi anak.
B.
Oleh Erik Erikson
Menurut
Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap.
Masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik
(yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan
pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa
sebelumnya.
Adapun
tahap-tahap perkembangan psikososial anak adalah sebagai berikut:
1. Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen
awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa
percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontak
dengan dunia luar maka ia mutlak tergantung dengan orang lain.
2. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3
tahun )
Pada
masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan
lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada
peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya.
3. Inisiatif Vs Rasa Bersalah ( 3-6 tahun
)
Pada
tahap ini anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa
inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas
tertentu. Anak mulai diikut sertakan sebagai individu misalnya turut serta
merapihkan tempat tidur atau membantu orangtua di dapur. Anak mulai memperluas
ruang lingkup pergaulannya misalnya menjadi aktif diluar rumah . Hubungan
dengan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang sendiri.
4. Industri Vs Inferioritas ( 6-12 tahun )
Pada
tahap ini anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang
akhirnya dan dapat menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah
atau orangtua dalam waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses
pendidikan ini anak belajar untuk bersaing (sifat kompetetif), juga sifat
kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan
belajar peraturan-peraturan yang berlaku.
Kunci
proses sosialisasi pada tahap ini adalah guru dan teman sebaya.
5. Identitas Vs Difusi Peran ( 12-18 tahun
)
Pada
tahap ini terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang
dewasa. sehingga nampak adanya kontradiksi bahwa di lain pihak ia dianggap
dewasa tetapi disisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa
standarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan
kegiatan, Peran orangtua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama
mulai menurun. Sedangkan peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Melalui
kehidupan berkelompok ini remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat
menyalurkan diri.
Secara
umum ada 2 faktor utama yang mempengaruhi terhadap tumbuh kembang anak, yaitu;
1.faktor
genetic
Factor
genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Melalui intruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan .
2.
Faktor lingkungan
Lingkungan
merupakan factor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
Lingkungan yang cukup baik akan
memungkunkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
Lingkungan ini merupakan ‘’ bio-fisiko-psiko-sosial’’ yang mempengaruhi
individu setiap hari, mulai konsepsi sampai akhir hayatnya.
a.faktor lingkungan
prenatal
factor
lingkungan prenatal yang mempengaruhi terhadap tumbuh kembang janin mulai dari
konsep si sampai akhir, antara lain adalah:
1.
Gizi ibu pada waktu hamil
2.
Mekanis
3.
Toksin atau zat kimia
4.
Endokrin.
5.
Radiasi
6.
Infeksi
7.
Stres
8.
imunitas
9.
Anoksia emberio
b.faktor lingkungan post-natal
Bayi baru lahir harus melewati masa transisi, dari suatu
sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke
suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetic dan mekanisme homeostatik
bayi itu sendiri.
Lingkungan post natal yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :
1.
Lingkungan biologis
2.
Factor fisik
3.
Factor psikososial
4.
Factor keluarga dan adat istiadat
Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan
fisik adalah hasil dari perubahan bentuk dan fungsi dari organisme :
1. Pertumbuhan
janin intrauterin
2. Pertumbuhan
setelah lahir
·
Berat badan
·
Tinggi badan
·
Kepala
·
Gigi
·
Jaringan lemak
·
Organ-organ tubuh
Perkembangan
anak balita
Periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena apda masa ini
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kretifitas, kesadaran sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya. perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada
masa ini.
Tingkat
perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu misalnya :
· 4-6
minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu
· 12-16
minggu :
-
menegakkan kepala, tengkurap sendiri
-
Menoleh kearah suara
-
Memegang benda yang ditaruh ditangannya
· 20
minggu :
-
Meraih benda yang didekatkan kepada nya
· 26
minggu :
-
Dapat memindahkan benda dari satu tangan
ketangan lainnya
-
Duduk dengan bantuan kedua tangannya
kedepan
-
Makan biskuit sendiri
· 9-10
bulan :
-
Menunjuk dengan jari telunjuk
-
Memegang benda dengan ibu jari dan
telunjuk
-
Merangkak
-
Bersuara da..da..
· 13
bulan :
-
Berjalan tanpa bantuan
-
Mengucapkan kata- kata tunggal.
Tumbuh
kembang anak dipengaruhi oleh :
A.
psikososial
a. Stimulasi
b. Motivasi belajar
c. Ganjaran maupun hukuman yang wajar
d. Kelompok sebaya
e. Stress
f. Sekolah
g. Cinta gan kasih sayang
h. Kualitas interaksi anak-orang tua
G. Konsep hospitalisasi
a. Pengertian
Hospitalisai
merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawat
sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua
dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa peneliti ditunjukan
dengan pengalaman yang sangat romatik dan penuh dengan stres.
Berbagai
perasaan yang sering muncul pada anak yaitu, cemas, marah, sedih, takut, dan
rasa bersalah ( Wong, 2000 ). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi
sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya dan sesuatu yang
dirasakan menyakitkan tidak hanya anak orang tua juga mengalami yang sama.beberapa
penelitian menunjukan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi saat
perawatan anaknya dirumah sakit walaupun beberapa orangt tua juga dilaporkan
tidak mengalaminya karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi
permasalahannya ( hallstrom dan Elander, 1997. Brewis, E 1995 ). Terutama pada
mereka baru pertama kali menalami perawatan anak dirumah sakit, dan orang tua
yang kurang mendapat dukungan emosi dan sosial keluarga, kerabat bahkan petugas
kesehatan akan menunjukan cemasnya. Penelitian lain menunjukan bahwa pada saat
mendengarkan keputusan Dokter tentang diagnosis penyakit anaknya merupakan
kejadian yang sangat membuat stres orang tua ( Tiedeman, 1997 ).
Apabila
anak sters selama dalam perawatan orang tua menjadi stres pula dan sters orang
tua akan membuat tingkah stres anak akan meningkat ( Supartini, 2000 ). Anak
adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang
mengganggu kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat stres ( Brewis, 1995
). Dengan demikian asuhan keperawat tidak bisa hanya berfokus pada anak tetapi
juga pada orang tuanya.
Reaksi
Anak Terhadap Hospitalisasi
Seperti
telah dikemukan diatas anak akan menunjukan berbagai perilaku sebagai reaksi
terhadap pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut besifat individual, dan
sangat bergantung pada tahap usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya
terhadap sakit, pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya.
Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasa karena perpisahan,
kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Berikt ini reaksi anak terhadap
sakit dan dirawat dirumah sakit sesuai dengan tahapan perkembangan anak .
1. Masa
Bayi ( 0 sampai 1 tahun )
2. Masa
todler ( 2 sampai 3 tahun )
3. Masa
prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
4. Masa
sekolah (6 sampai 12 tahun)
5. Masa
remaja (12 sampai 18 tahun)
Reaksi
saudara kandung terhadap perawatan anak dirumah sakit
Reaksi yang sering muncul pada saudara kandung (
sibling ) tarhadap kondisi ini adalah marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah.
Rasa marah timbul karena jengkel terhadap orang tua yang dinilai tidak
meperhatikannya. Cemburu atau iri timbul karena dirasakan orang tuanya lebih
mementingkan saudaranya yang sedang ada dirumah sakit, dan ia tidak dapat
mengalami kondisi ini dengan baik. Perasaan benci juga timbul tidak hanya pada
saudaranya tetapi juga pada situasi yang dinilainya sangat tidak menyenangkan.
Selain perasaan tersebut, rasa bersalah juga dapat muncul karena anak berfikir
mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya. Ia mungkin mengingat kejadian
yang telah berlalu sebelum saudaranya sakit dan ia menghubungkan hal ini dengan
kesalahannya.
Selain perasaan tersebut, takut dan cemas serta
perasaan yang kesepian juga sering muncul. Karena situasi dirumah dirasakan
tidak seperti biasanya ketika anggota keluarga lengkap berada dirumah dalam
situasi penuh kehangatan, bercengkerama dengan orang tua dan saudaranya.
Mempersiapkan anak untuk mendapat
perawatan dirumah sakit
Persiapan
anak sebelum dirawat dirumah sakit didasarkan pada adanya asumi bahwa ketakutan
akan sesuatu yang tidak diketahui akan menjadi ketakutan yang nyata.
Pada
tahap sebelum masuk rumah sakit dapat dilakukan :
1) Siapkan
ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit dengan peralatan
yang diperlukan.
2) Apabila
anak harus dirawat secara berencana 1-2 hari sebelum dirawat diorientasikan
dengan situasi rumah skit dengan bentuk miniatur bangunan rumah sakit.
Pada hari pertama dirawat lakukan
tindakan :
1) Kenalkan
perawat dan Dokter yang akan merawatnya
2) Orientasi
kan anak dan orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat
digunakan
3) Kenalkan
dengan pasien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya
4) Berikan
identitas pada anak, misalnya pada papan nama anak.
5) Jelaskan
aturan rumah sakit yang belaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti
6) Laksanakan
pengkajian riwayat perawatan
7) Lakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dengan diprogramkan
H. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Nyeri tulang sering
terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) juga disertai dengan sakit kepala.
2.
Riwayat Perawatan Sebelumnya
3.
Riwayat kelahiran anak :
Prenatal
Natal
Post natal
4.
Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana pemberian
ASI, adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan dan kelainan lain ataupun
sering sakit-sakitan.
5.
Riwayat keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal
dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada kembar monozigot
(identik).
Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum
terjadi komplikasi.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHG
Nadi :100x/mnt
Suhu :39 c
RR : 20x/mnt
c. Pemeriksaan Kepala Leher
Rongga mulut : apakah terdapat
peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri), perdarahan gusi
Konjungtiva : anemis atau tidak.
Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP.
d. Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis,
tekanan turgor menurun jika terjadi dehidrasi.
e. Pemeriksaan Dada dan Thorax
- Inspeksi bentuk thorax, adanya
retraksi intercostae.
- Auskultasi suara nafas, adakah
ronchi (terjadi penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II,
dan III jika ada
- Palpasi denyut apex (Ictus
Cordis)
- Perkusi untuk menentukan batas
jantung dan batas paru.
f. Pemeriksaan Abdomen
-
Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan vena,
auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan
limpa.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat.
2. Resiko
infeksi b/d menurunnya sistem pertahanan tubuh
3.
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
akibat anemia
4.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan pemberian kemotrapi, radioterapy
5.
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d adanya
kontraksi
``
C. Perencanaan
keperawatan ( Intevensi )
a. DX
I
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria
hasil :
a)
. Nafsu makan (+)
b).
Muntah (-)
c)
. Berat badan (+)
Intervensi
:
a. Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas
kekurangan konsumsimakanan.
b. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional :
mengawasi penurunan berat badan.
c. Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional :
makanan sedikit dapat
meningkatkan pemasukan denganmencegah distensi lambung.
d. Berikan penyuluhan pada orang tua klien
pentingnya nutrisi yang adekuat.
Rasional
: menambah pengetahuan klien dan orang tua tentang pentingnya makanan bagi
tubuh dalam membantu proses penyembuhan.
e. Tingkatkan masukan cairan diatas kebutuhan
minuman
Rasional
: guna mengkompensasi tambahan kebutuhan cairan.
f. Dorong anak untuk minum.
Rasional
: meningkatkan kepatuhan.
g. Ajarkan orang tua tentang tanda-tanda
dehidrasi
Rasional
: menghindari keterlambatan therapi rehidrasi.
h. Tekankan pentingnya menghindari panas yang berlebihan.
Rasional
: menghindari penyebab kehilangan cairan.
b. DX
II
Resiko infeksi
berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
1) Tujuan
: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Kriteria hasil :
a) Demam
(-)
b) Kemerahan
(-)
c) Suhu
kembali normal
2) Intervensi :
a. Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi
a. Tempatkan
anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan
terpaparnya anak dari sumber infeksi
b. Anjurkan
semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan
pajanan pada organisme infektif
c. Gunakan
teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah
kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
d.
Evaluasi keadaan anak terhadap
tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi
mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini
penanganan infeksi
e. Inspeksi
membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah
medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
f. Berikan
periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk
penyembuhan dan regenerasi seluler
g. Berikan
diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung
pertahanan alami tubuh
h. Berikan
antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai
profilaktik atau mengobati infeksi khusus
c. DX III
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
1) Tujuan
: terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil :
a) Anemia
(-)
b) Kelemahan
teratasi
c) Klien
dapat istirahat dengan nyaman
d). Klien dapat
beraktifitas
2) Intervensi :
a)
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan
derajat dan efek ketidakmampuan
b) Berikan lingkungan tenang dan
perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat
energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
a) Kaji
kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional :
mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
b) Berikan
bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional :
memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
c.
DX V
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
3 x 24 jam kerusakan integritas kulit pemberian kemoterapi, radioterapy dapat
teratasi
Kriteria hasil ;
a)
Kerusakan integitas kulit (-)
b)
Kekurangan kalori dan protein teratasi
c)
Dekubitus (-)
Intervensi :
a)
Kaji secara dini tanda-tanda kerusakan
intregitas kulit
Rasional: agar
tidak terjadi kerusakan lebih lanjut
b)
Berikan perawatan kulit khususnya daerah
perinial dan mulut
Rasional :
mencegah timbulnya infeksi
c)
Ganti posisi dengan sering
Rasional : agar
tidak terjadi kekakuan otot
d)
Anjurkan intake dengan kalori dan
protein yang adekuat
Rasional : untuk
memenuhi kebutuhan tubuh
d.
V
Gangguan rasa
nyaman nyeri b/d adanya kontraksi
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan 3x24 jam gangguan rasa nyaman nyeri teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri (-)
Intervensi :
a). Kaji skala
nyeri
rasional : untuk
mengetahui intensitas nyeri
b). Palpasi
abdomen
rasional : untuk
mengetahui apakah ada masa atau tidak
c). Atur posisi
pasien
rasional :
memberikan kenyaman pada pasien.
Daftar
pustaka
- Kapita Selekta Kedokteran . Media aeskulapius
: FKUI. 2000. Jakarta.
- Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Ngastiyah.
EGC. 2005. Jakarta.
- Asuhan Keperawatan anak Edisi 2.
Suriadi, skp, MSN & Rita Yulianni, skp, M.Psi : Sagung Seto. 2006. Jakarta.
@Disusun Oleh : Crisvina Wulandari